GunungLawu (3.265 m) terletak di Pulau Jawa, Indonesia, tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.Gunung Lawu terletak di antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan, Jawa Timur.Status gunung ini adalah gunung api "istirahat" (diperkirakan terahkir meletus pada tanggal 28 November 1885 [3] [4]) dan telah lama tidak
Sekilas Tentang Gunung Lawu Jika dibuatkan daftar gunung favorit untuk didaki yang ada di Pulau Jawa maka Gunung Lawu sudah pasti menjadi salah satunya. Gunung Lawu yang memiliki puncak ketinggian mdpl ini terletak di Pulau Jawa, Indonesia. tepatnya di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur antara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Magetan Jawa Timur. Gunung ini memiliki tiga puncak yakni Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah. Perjalanan Menuju Basecamp Cemoro Sewu Terdapat banyak jalur untuk menuju puncak Gunung Lawu. Namun yang paling menjadi favorit bagi para pendaki adalah Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang. Titik awal pendakian keduanya jaraknya saling berdekatan. Di cerita pendakian Gunung Lawu ini titik awal pendakian yang kami pilih adalah Cemoro Sewu. Baca juga Cara Menuju Gunung Lawu dari Jakarta Dulu, jika ingin ke basecamp Cemoro Sewu dari Jakarta. Para pendaki biasanya memilih naik kereta hingga ke Solo, turunnya bisa di Stasiun Solo Balapan atau Solo Jebres. Kemudian dilanjutkan naik bus dari Terminal Tirtonadi menuju Tawang Mangu menggunakan Bus Rukun Sayur. Selanjutnya naik mobil colt untuk ke Cemoro Sewu. Agak panjang perjalanannya karena harus estafet. Namun syukurlah saat ini untuk menuju basecamp Cemoro Sewu dari Jakarta sangat mudah karena sudah ada bus dari Jakarta yang langsung menuju kesana. Bus apa itu? Namanya Bus Sudiro Tungga Jaya STJ. Bus Sudiro Tungga Jaya melayani perjalanan dari Jakarta sampai ke Cemoro Sewu Source IG Kita bisa naik bus ini dari Jakarta. Pilihlah bus STJ dengan tujuan Magetan atau Tawang Mangu. Nantinya bus akan melewati lereng Gunung Lawu dan tentu saja melewati Cemoro Sewu maupun Cemoro Kandang. Jadi hanya dengan sekali naik bus, kita bisa langsung sampai ke basecamp. Mudah banget kan? Untuk ongkosnya sendiri jika naik bus ini adalah Rp harga ini sudah termasuk servis makan 1 kali. Bangku bus ini dilengkapi dengan leg rest, bantal selimut dan usb port charger. Jadi di perjalanan menuju Cemoro Sewu bisa digunakan untuk beristiraht dengan nyaman. Oh ya, jangan lupa smartphonenya diisi dayanya supaya tetap bisa update selagi masih ada sinyal. Untuk naik bus ini kita bisa memulai dari Terminal Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Jam keberangkatannya 1430 WIB. Adapun waktu tempuhnya dari awal keberangkatan sampai di Cemoro Sewu 14 jam perjalanan. Tiba di Basecamp Cemoro Sewu Masih dini hari, dingin dan sepi yang menyambut Ketika kami tiba di Basecamp Cemoro Sewu. Sebenarnya kami bisa saja beristirahat di dalam basecamp. Namun di dalamnya sudah terisi penuh dengan pendaki lainnya. Mungkin mereka sudah tiba di basecamp ini sore kemarin atau malam harinya. Pagi mulai datang, gelap terhapuskan terang. Kami bergegas mencari sarapan terlebih dahulu sebelum memulai pendakian. Seporsi nasi rawon menjadi sarapan kami pagi itu. Pendakian Jam 0830 WIB, kami memulai pendakian Gunung Lawu dari Cemoro Sewu. Disini kami harus membayar retribusi pendakian sebesar Rp per orangnya. Gerbang Cemoro Sewu, salah satu titik awal pendakian Gunung Lawu yang paling digemari pendaki Source IG djarot_eskha Selain membayar retribusi kami juga harus mengisi formular serta meninggalkan KTP. KTP-nya ini cukup satu saja yang ditinggalkan. Jika mendaki via Cemoro Sewu, jalur yang didaki berupa jalur bebatuan yang tersusun rapi, para pendaki seringkali menyebutnya jalur makadam. Awal pendakian jalurnya masih landai namun sedikit mendaki. Maksudnya belum ada tanjakannya yang bikin ngos – ngosan. Di tengah perjalanan terdapat pos pantau Cemoro Sewu, semacam tempat untuk beristirahat bagi para pendaki. Disini ada warung yang menjajakan makanan dan minuman ringan. Serta toilet dan musholla. 0930 WIB, Setelah kami mendaki selama kurang lebih 1 jam. Kami tiba di Pos 1 yang dikenal dengan nama Wes – wesan. Fasilitasnya ada warung, toilet dan mushola. Di warung kita bisa memesan makanan dan istirahat. Suasana Pos 1 Wes – wesan Source IG iirfan_marzuqi22 Kami tidak beristirahat di Pos 1, jadi hanya dilewati begitu saja karena perjalanan masih jauh. Dari Pos 1 ini, jalur mulai menanjak terus. Namun tidak begitu terjal. Tapi tetap saja bikin ngos – ngosan. 1120 WIB, kami tiba di Pos 2 Watu Gedheg. Pos ini tidak selengkap Pos 1 karena tidak ada toilet da mushola. Tapi tersedia warung dan shelter. Di pos ini kami berhenti untuk istirahat dan makan siang dengan bekal nasi telur dadar yang kami beli di warung sekitar basecamp Cemoro Sewu. Usai makan siang, kami melanjutkan pendakian. Kali ini jalurnya semakin menanjak. Cuaca di Gunung Lawu memang tidak menentu, waktu makan siang tadi hujan sempat turun kemudian reda. Setelah itu mulai cerah lagi, namun dalam waktu yang singkat turun kabut yang menghalangi pandangan. Disini banyak percabangan jalur yang nantinya saling bertemu. Kita bisa memilih jalur singkat namun sangat menanjak, atau “sedikit†lebih landai namun jaraknya lebih jauh. 1345 WIB, kami tiba di Pos 3 – Manis Rejo. Disini kami menjumpai beberapa tenda pendaki yang telah berdiri. Di pos ini hanya ada shelter dan tanah datar yang tidak begitu lapang. Kami tidak beristirahat di pos ini, kami terus mengayunkan langkah kaki menuju Pos 4. Jalur dari Pos 3 ke Pos 4 adalah jalur yang terbilang terjal. Banyak tanjakan yang menggoda untuk terus ngaso. Jalur antara Pos 3 dan Pos 4 Source IG sghmaulana_ 1500 WIB, kami tiba di Pos 4 – Watu Kapur. Angin, kabut dan burung Jalak Lawu menyambut kedatangan kami. Burung Jalak Lawu ini dikenal bersahabat dengan para pendaki Gunung Lawu. Ia akan terbang tepat dihadapan pendaki, Ketika kita mendekat, ia akan terbang dan hinggap di depan. Begitu seterusnya hingga sampai ke puncak. Kami terus berjalan menuju Pos Sendang Drajat dan di tengah perjalanan kami dihadang angin yang bertiup sangat kencang. Kami berlindung di sebuah pohon kecil dari terjangan angin, menunggu angin reda barulah kami kembali melangkah. 1625 WIB, kami tiba di Sendang Drajat. Disini terdapat sumber air yang bisa digunakan sebagai bekal air minum. Sebagai informasi, Sedang Drajat merupakan salah satu tempat yang disucikan di Gunung Lawu. Air Sendang ini dipercaya dapat memberikan khasiat bagi orang yang meminumnya. Terdapat bilik – bilik untuk mandi, karena para peziarah disarankan untuk menyiram badannya dengan air sendang ini dalam hitungan ganjl. Konon dengan mandi di Sendang Drajat maka derajad atau pangkat kita bisa naik Sendang Drajad Source IG khairihardi 1655, akhirnya kami tiba di Hargo Dalem. Pos ini adalah tempat paling ideal untuk mendirikan tenda. Karena banyak warung untuk membeli makanan, bahkan jika tidak membawa tenda kita juga beristirahat dan di dalam warung tersebut. Di pos ini juga ada warung Mbok Yem yang legendaris. Ia adalah pelopor warung di Gunung Lawu. Saat ini di Hargo Dalem telah berdiri warung lainnya. Suasana di Hargo Dalem Gunung Lawu Source IG fzrsp Di Hargo Dalem juga ada petilasan Prabu Brawijaya V, maka banyak juga pendaki Gunung Lawu yang bertujuan berziarah. Disini juga merupakan titik pertemuan antara jalur pendakia Cemoro Sewu, Cemoro Kandang dan Candi Cetho. 1700, kami istirahat di Warung Mbok Yem, melepas lelah dan lapar dengan seporsi nasi pecel telor yang dibanderol hanya dengan Rp Harga yang sangat terjangkau mengingat warung ini berada di ketinggian, pastinya butuh perjuangan lebih untuk membawa bahan – bahan seperti beras, sayur dan telur. Menuju Puncak 0530 WIB, kami memulai perjalanan menuju puncak Gunung Lawu. Kabut pagi yang basah menemani perjalanan ini. Jalur menuju puncak menanjak dengan kontur tanah berbatu. Kemudian jalur menjadi semakin rapat oleh rumput dan edelweiss. 0600 WIB, akhirnya kami tiba di Puncak Hargo Dumilah yang memiliki ketinggian 3265 mdpl. Disini kami berjumpa dengan para pendaki lainnya yang sedang menikmati suasana puncak Gunung Lawu. Mereka sangat bergembira padahal angin pagi itu bertiup kencang, membuat suasana menjadi lebih dingin. Tugu puncak Hargo Dalem Source IG imanime17 Setelah berfoto dengan tugu Hargo Dumilah, kami turun kembali ke Hargo Dalem. Kali ini cuaca menjadi bersahabat, angin masih berhembus namun tidak begitu kencang. Kami kembali makan dengan nasi pecel telur di warung Mbok Yem. Setelah itu berkemas untuk kembali turun melalui jalur yang sama. Kembali Turun ke Cemoro Sewu 0830 WIB, memulai perjalanan turun. Kami harus berjalan lebih cepat agar tiba di basecamp Cemoro Sewu jam 1200, sebab kami mengejar jadwal keberangkatan bus menuju Jakarta. Menurut informasi bus ini hanya sekali saja dalam sehari dan tiba di Cemoro Sewu jam 1300. 1240 WIB, kami sampai di basecamp Cemoro Sewu. Kami tidak sempat untuk beristirahat disini. Usai melapor ke petugas, kami langsung menyewa angkot menuju Terminal Tawangmangu. Sampai di Terminal Tawangmangu ternyata bus STJ-nya terlambat datang, syukurlah. Jadi kami masih sempat untuk makan siang disini sebelum berangkat. 1430 WIB, bus STJ yang akan kami naiki menuju Jakarta tiba. Dan kami pun berangkat kembali ke Jakarta. Selesai sudah catatan perjalanan pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu. Semoga bermanfaat dan menjadi gambaran untuk anda yang berminat untuk mendaki Gunung Lawu. Total Pengeluaran Untuk Pendakian Gunung Lawu via Cemoro Sewu Tiket bus STJ Rp Logistik Rp Registrasi Pendakian Rp Sarapan di Cemoro Sewu Rp Bekal Nasi Telur Rp Gorengan + Kopi Mbok Yem Rp Nasi Pecel Telor Mbok Yem 2X Rp
HabisSendang Drajat itu ada Warung Mbok Yem, warung yang berada di hampir puncak lawu hhe, FYI aja nasi pecel telur dan sotonya enak, walaupun cukup mahal , harganya 8000 untuk makanan, dan 2000 untuk teh hangatnya, tempat yang luas juga ditawarkan di Warung Mbok Yem ini, jadi banyak pendaki yang tidur-tiduran, guling-gulingan, sholat, rokok-an, ngobrol santai disana.
Gunung Lawu yang berdiri diatas dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan salah satu gunung favorit bagi pendaki di Pulau Jawa. Bagi saya sendiri Gunung Lawu menyimpan cerita yang berkesan, sebab di gunung inilah saya memulai debut pendakian pada tahun 2011. Dan dari pendakian itulah saya ketagihan untuk kembali mendaki gunung. Tulisan kali ini akan membahas bagaimana cara menuju Gunung Lawu. Namun karena saya domisilinya di Jakarta, maka yang akan dibahas hanya dari arah Jakarta aja ya. Banyak jalur yang bisa digunakan untuk mengantarkan kita hingga ke puncak Gunung Lawu namun yang paling populer dan ramai dipilih oleh para pendaki adalah Jalur Cemoro Sewu di Kabupaten Magetan, Jawa Timur dan Jalur Cemoro Kandang di Kabupaten Karanganyar, Jawa Meski kedua jalur ini berada di dua provinsi yang berbeda, namun jarak antara keduanya hanya sekitar 800 meter saja. Kedua jalur ini lokasinya berada di pinggir jalan Karanganyar – Magetan jadi mudah sekali untuk sampai kesana, selain itu moda transportasi yang melayani ke tempat ini juga cukup ramai. Baiklah, saatnya kita ke point intinya. Simak terus ya. Cara Menuju Gunung Lawu via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang dengan Naik Bus Naik Bus Menuju Tawangmangu Terminal terdekat dari Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang adalah Terminal Tawang Mangu. Jarak antara keduanya hanya sekitar 10 kilometer. Jadi tujuan pertama kita adalah Tawangmangu. Dari Jakarta menuju Tawangmangu kita bisa menggunakan bus. Banyak perusahaan otobus yang melayani rute Jakarta Tawangmangu diantaranya adalah Sudiro Tungga Jaya dan Agra Mas. Untuk ongkosnya sendiri mulai dari Rp 200 ribuan. Harga ini sudah termasuk fasilitas service makan satu kali Dari Jakarta, kita bisa memulai perjalanan dari Terminal Pondok Pinang, Jakarta Selatan atau terminal manapun di Jakarta yang dekat dengan wilayah anda. Jika naik dari Terminal Pondok Pinang, jadwal keberangkatan bus ada yang pagi yakni jam dan keberangkata sore mulai dari jam Dari Terminal Pondok Pinang, bus akan masuk ke tol JORR, kemudian keluar sebentar di Pasar Rebo untuk kembali menaikan penumpang. Setelah itu bus kembali masuk ke tol, keluar lagi untuk service makan di Rumah Makan Raos Eco. Setelah itu masuk tol lagi dan keluar kembali di Solo dan langsung arah Tawangmangu. Perjalanan ini akan memakan waktu selama 10 jam Naik L300 Menuju Basecamp Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang Setibanya di Terminal Tawangmangu, selanjutnya adalah naik angkutan lokal yang menggunaan armada Mitsubishi L300. Bentuk semacam angkot, namun badannya lebih besar. Kita bisa naik L300 untuk menuju basecamp Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang. Tarif untuk naik angkutan lokal ini adalah Rp sampai Rp tergantung jumlah penumpang. Semakin ramai tentu semakin murah. Angkutan lokal ini tersedia setiap saat, lokasi mangkalnya di sekitar Pasar Tawangmangu. Namun jika sudah malam hari, mungkin harga yang ditawarkan lebih mahal karena sudah lewat jam operasionalnya. Naik Bus jurusan Jakarta – Ponorogo via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang Opsi lainnya adalah anda juga naik Bus Sudiro Tungga Jaya tujuan Jakarta – Madiun Ponorogo. Sebab bus ini selepas Solo akan bergerak ke arah Tawangmangu dan melintasi Cemoro Kandang dan Cemoro Sewu. Jadi sekali naik langsung sampai. Cara Menuju Gunung Lawu via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang naik Kereta Menuju Solo Stasiun terdekat dari basecamp Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang adalah Stasiun Solo. Entah itu Solo Balapan, Solo Jebres atau Purwosari. Pokoknya Solo deh. Dari stasiun, perjalanan dilanjutkan menuju Terminal Tirtonadi. Kalau dari Stasiun Solo Balapan kita bisa menggunakan Lorong skybridge yang menghubungkan antara Stasiun Solo Balapan dengan Terminal Tirtonadi. Jembatan gantung ini telah aktif pada juni 2017 lalu, panjangya sekitar 650an meter. Kalau dari Stasiun Solo Purwosari, kita bisa menggunakan bus yang mengarah ke Terminal Tirtonadi atau bisa juga menggunakan layanan taksi online. Naik Bus Menuju Terminal Tawangmangu Setelah tiba di Terminal Tirtonadi selanjutnya adalah naik bus menuju Tawangmangu. Ada dua perusahaan otobus yang melayani rute ini yaotu Rukun Sayur dan Langsung Jaya. Tarif bus adalah Rp hingga Rp Bus jurusan Terminal Tirtonadi – Tawangmangu biasanya beroperasi hingga maghrib. Jadi sebaiknya kita tiba di Terminal Tirtonadi sebelum sore hari supaya tidak kehabisan bus yang ke arah Tawangmangu. Naik L300 Menuju Basecamp Cemoro Sewu atau Cemoro Kandang Cara Menuju Gunung Lawu via Cemoro Sewu/Cemoro Kandang dengan Carter Ini adalah cara yang paling mudah dan ga pakai ribet. Soalnya tinggal menunggu di lokasi penjemputan yang telah ditentukan, maka anda akan diantar menuju ke basecampa Gunung Lawu yang anda inginkan. Asiknya kalau naik ini yaitu gak repot gonta – ganti kendaraan karena langsung sampai ke basecamp. Begitu turun, bisa langsung lanjut mendaki. Saat ini banyak penyedia jasa antar jemput pendaki seperti Carter Pendaki. Harganya mulai dari Rp per orangnya. Opsi ini cocok bagi anda yang berangkatnya ramai – ramai bersama teman – teman. Karena memang untuk menggunakan jasa ini ada minimal jumlah pesertanya supaya masuk harganya. Oh iya, walaupun cara ini begitu praktis. Namun anda harus perhatikan seksama syarat dan kondisi yang berlaku. Seperti waktu penjemputan saat turun dari pendakian. Karena biasanya penyedia jasa Carter Pendaki ini memberlakukan batasan jam penjemputan. Misalnya saat turun dari Gunung Lawu, waktu maksimal penjemputan adalah jam 5 sore. Jika anda turun melewati jam tersebut maka akan ada penalti yang dihitung per jamnya. Cara Menuju Gunung Lawu dengan Open Trip Atau ikut open trip aja. Sekarang banyak banget yang membuka jasa open trip pendakian Gunung Lawu dengan meeting point dari Jakarta. Harganya pun bervariasi, mulai dari Rp 600 ribuan. Mungkin ada juga yang menyediakan Open Trip Gunung Lawu dengan harga dibawah itu. Biasanya harga yang ditawarkan oleh penyedia Open Trip Gunung Lawu ini sudah termasuk transportasi dari meeting point ke basecamp, tiket masuk untuk pendakian, makan selama di gunung, tenda, alat masak dan makan, porter, sweeper dan team leader. Cara Menuju Gunung Lawu dengan Naik Pesawat Mungkin ini bisa jadi pilihan bagi yang punya banyak uang alias kaum sultan. Bandara terdekatnya yaitu Bandara Adi Soemarmo, Solo. Jarak dari bandara tersebut ke basecamp Gunung Lawu sekitar 64 kilometer yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5 jam perjalanan. Dari Bandara Adi Soemarmo menuju basecamp Gunung Lawu, anda bisa menggunakan jasa carter atau sewa mobil. Tarifnya mulai dari Rp 450 ribu sekali jalan. Anda kan sultan, masa habis turun dari pesawat dilanjutkan ngeteng ke basecamp, hehe.. Itulah berbagai Cara Menuju Gunung Lawu dari Jakarta. Anda mau pilih yang mana? Silahkan pilih sesuai dengan keinginan anda dan tentu saja sesuaikan dengan isi kantong anda. Hehe..
GunungLawu perjalanan kali ini merupakan awal pendakianku ke Gunung Lawu. kalau di hitung-hitung, saya sudah 3 kali mendaki di Gunung ini dengan ketinggian 3265 meter diatas permukaan laut. karena hari masih pagi benar, saya pun segera berhenti dan istirahat sejenak di salah satu angkringan didepan stasiun. sembari sarapan dan melepaskan lelah
JAKARTA, - Gunung Lawu tak hanya memiliki pesona keindahanya yang menghipnotis. Namun, ada banyak jejak sejarah dan misteriyang masih belum terpecahkan. Baca Juga Gunung yang terletak di antara provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah itu rupanya telah menjadi saksi peradaban manusia sejak lama. Hal itu coba dibuktikan oleh peneliti asal, Jerman Franz Wilhelm Junghuhn. Dia pernah melakukan ekspedisi ke gunung yang memiliki ketinggian Mdpl itu. Junghuhn disebut memulai ekspedisinya pada 11 Mei 1838. Baca Juga Dia mengawali perjalanannya dari arah paling barat laut dari tiga anak gunung, yaitu Argo Blungko setinggi meter, kemudian Argo Tumiling lebih dikenal dengan nama Hargo Dumiling sekarang dengan ketinggian meter, juga disebut Argo Tiling, dan berakhir pada puncak tertingginya, Argo Dumilah di ketinggian Mdpl. Ekspedisi itu dicatatkan oleh Residen Madiun bernama Lucien Adam dengan judul, "Antara Lawu dan Wilis Arkeologi, Sejarah, dan Legenda Madiun Raya Berdasarkan Catatan Lucien Adam". Pada catatannya Junghuhn merekam bagaimana puncak tertinggi tersebut terletak tepat di perbatasan Madiun dan wilayah Surakarta. Junghuhn juga menyebutkan bahwa di tengah-tengah pada puncak Argo Blungko, yang diduga kuat kini Hargo Dalem terdapat sebuah lubang persegi yang besar, ujungnya tampaknya telah dibentuk oleh dinding dan oleh karena itu tampak seperti telah mendapatkan sentuhan seni. Kemudian di Hargo Dumiling, Junghuhn kembali mencatatkan bahwa ada lalu lintas manusia di sebagian besar area permukaannya yang kecil telah ditata lagi dalam bentuk ruang-ruang persegi yang ujung-ujungnya terdiri atas batu-batu kasar dan saling bertumpukan. Ketika sampai di lereng utara Dumilah, Junghuhn sekali lagi menemukan beberapa teras yang telah dibentuk manusia. Teras - teras ini hanya dikelilingi dengan bongkahan batu kasar yang bertumpuk di atas satu sama lain dan tidak memanjang sampai ke puncak. Follow Berita Celebrities di Google News Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis tidak terlibat dalam materi konten ini.
jikabelum terlalu gelap kita bisa melanjutkan perjalanan ke warung Mbok Yem, warung legendaris di Gunung Lawu. Warung Mbok yem persis di bawah puncak lawu. dari pos 5 ke warung Mbok Yem kurang lebih sekitar 30 menit. Sebelum sampai ke warung Mbok Yem kita akan melewati sendang drajat yaitu sebuah mata air seperti sumur.
Pendakian terakhir 7 gunung tertinggi di pulau JawaHalo, Assalamualaikum! Rasanya, baru lagi nih ngetak-ngetik setelah beberapa bulan dikekang sama penyakit mager level akut wkwk. Jangankan untuk nulis, buka laptop pun aja mager banget rasanya hahaha. Padahal, sebenarnya pengen banget sharing perjalanan terakhir gue tentang Solo Trip Pendakian ke Gunung Raung di bulan Desember 2020 kemarin. Baiklah, gue coba ceritakan kembali mumpung belum lupa, semoga belum basi yak, bulan Desember 2020 kemarin, Alhamdulillah, gue dapat berkesempatan mendaki gunung Raung dan sekaligus juga menuntaskan pendakian tujuh gunung tertinggi di pulau Jawa Seven Summits of Java versi pendaki. Di samping itu, pendakian gunung Raung juga merupakan wish list terakhir gue di tahun 2020 setelah gunung Dempo. Dan, Alhamdulillah gue bisa menyambanginya setelah sebelumnya mengalami beberapa perencanaan yang tertunda terus, hehehe. Rejeki ga kemana!Pada pendakian gunung Raung ini, masih bertemakan solo hiking! "Kok, kayanya hobby banget solo hiking terus?", tanya salah seorang dari kawan gue. Beberapa alasan mendasar yang menjadi alasan gue untuk melakukan solo hiking bukan lain dan bukan tidak karena sulitnya mencari teman barengan. Ketidakcocokan jadwal dari masing-masing kami menjadi salah satu penyebabnya. Maklum, rata-rata punya kesibukan dan urusannya masing-masing. Walaupun pendakian ini bertemakan solo hiking, namun gue tetap menggunakan jasa open trip. Kenapa begitu? yap, karena salah satu persyaratan untuk melakukan pendakian gunung Raung yaitu harus didampingi dan menggunakan jasa pemandu guide setempat yang sudah berpengalaman, mengingat sulitnya medan pendakian sehingga memerlukan alat-alat climbing yang proper. Menurut gue, itu hal yang bagus. Jadi, tidak sembarang orang dapat melakukan pendakian, sekaligus juga sebagai bentuk pencegahan terjadinya kecelakaan dalam 1Dengan menyandang status yang sudah tidak bujang lagi, dalam hal perizinan mendaki lumayan mengalami sedikit hambatan. Sekarang, restu istri pun menjadi sebuah prioritas, hahaha. Maklum, namanya juga pergi naik gunung, pergi dari rumah berhari-hari dan tanpa kabar. Siapa yang ga resah, kan? hehe. Setelah restu didapat, siang itu tanggal 24 Desember 2020 gue bertolak menuju bandara Soekarno-Hatta dengan menggunakan bus DAMRI dari Depok. Kok, bandara? Yap, pada perjalanan kali ini gue tidak menggunakan jalur darat lagi seperti yang gue lakukan pada pendakian gunung Dempo sebelumnya, haha. Walaupun sebenarnya bisa, namun gue memilih menggunakan pesawat, guna mempersingkat waktu perjalanan. Sebab, akan membuang banyak waktu apabila menggunakan jalur darat, mengingat titik basecamp gunung Raung berada di Kalibaru, Banyuwangi. Sekitar 90 menit sebelum waktu lepas landas, gue sudah tiba di bandara Soekarno-Hatta. Penerbangan gue kali ini menuju Surabaya dengan jadwal take-off pukul 1800 WIB. Hal ini sama juga seperti pada pendakian gunung Arjuno-Welirang di tahun 2019 lalu, yaitu dengan menggunakan pesawat menuju Surabaya. "Kenapa memilih Surabaya?", "Kenapa ga langsung ke Banyuwangi aja?". Ada beberapa alasan dan pertimbangan kenapa gue memilih ke Surabaya, diantaranya adalah;Harga tiket pesawat Jakarta ke Surabaya lebih murah ketimbang ke penerbangan Jakarta ke Surabaya lebih fleksibel ketimbang ke Banyuwangi terletak lumayan jauh dari lokasi basecamp, sehingga perlu menggunakan transportasi lagi untuk hendak melakukan check-in, kemudian petugas maskapai menginfokan bahwa penerbangan mengalami delay, yang seharusnya pesawat berangkat pukul 1800 WIB bergeser menjadi pukul 1915 WIB. Panik, dong? Jelas, gue panik banget, karena gue sudah merencanakan untuk melanjutkan ke Kalibaru Banyuwangi dengan menggunakan jasa angkutan travel pada pukul 2030 WIB, dan gue pun sudah membuat janji dengan driver tersebut untuk dijemput di bandara Juanda Surabaya pada jam yang sudah dijadwalkan. Semoga aja masih keburu. Jadi, buat kalian yang ga mau ribet untuk menuju Banyuwangi dari Surabaya, sebaiknya gunakanlah jasa angkutan travel seperti ini. Kalian tinggal duduk aja dan ga perlu repot gonta-ganti transportasi lagi. Sudah banyak juga beberapa titik penjemputannya, salah satunya dari Bandara Juanda yang ga gue inginkan akhirnya terjadi, pesawat baru landing di bandara Juanda Surabaya pada pukul 2030 WIB, jam yang seharusnya travel tersebut sudah berangkat! Dengan rasa tergesa-gesa, gue langsung bergegas menuju tempat pengambilan bagasi sambil menghubungi si driver tersebut untuk minta agar gue ditungguin, hahaha. Dengan raut muka yang kesal dan bete pada saat itu, Alhamdulillah si driver masih setia nungguin gue di halaman parkir bandara, wkwkwk. Ga lupa juga gue bilang maaf dan terima kasih sudah mau nungguin, hehe. Tidak lama dari itu, mobil travel mulai bertolak dari bandara Juanda Surabaya menuju Kalibaru Banyuwangi. Jika dilihat dari schedule tersebut, travel akan tiba di Kalibaru Banyuwangi sekitar pukul 0400 WIB pagi. Mari kita nikmati 2Surabaya - Kalibaru - BasecampKetika memasuki daerah sekitar Lumajang, mobil yang gue tumpangi mampir ke salah satu rumah makan. Pada saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 0213 WIB. Rupanya, travel ini sudah include dapat makan juga, mantap! Hahaha. Alhamdulillah, bisa isi perut dulu, hehe. Selepas isi perut, perjalanan dilanjutkan kembali. Jam demi jam berlalu, dan rasa cemas pun tiba-tiba terbesit dalam pikiran, "kira-kira bakal keburu ga ya tiba di Kalibaru sebelum pukul 0600 WIB pagi?", mengingat kondisi lalu lintas pada saat itu terbilang sangat padat. Jadi, jika mengacu dari jadwal/rundown trip pendakian, kami para pendaki diwajibkan sudah tiba di basecamp maksimal pukul 0600 WIB pagi, karena pendakian akan dimulai pada pukul 0700 WIB. Semoga aja keburu. Aamiin. Alhamdulillah, sekitar pukul 0450 WIB gue sudah tiba di Kalibaru, lokasi persisnya itu di dekat sebuah pasar, biasanya warga lokal menyebutnya Pasar Kalibaru. Di lokasi inilah sebagai tempat bertemunya gue dengan salah seorang pemandu trip. Oh, iya, salah satu pemandu yang menjadi PIC untuk trip Raung kali ini bernama Mas Nuggi. Selang 5 menit menunggu, kemudian gue langsung dijemput oleh Mas Nuggi untuk langsung menuju ke salah satu klinik yang berada di daerah sana sebelum menuju basecamp. Jika ditanya, "mau ngapain ke klinik?". Jadi, kami para pendaki masih diwajibkan untuk cek kesehatan fisik sebagai syarat untuk melakukan pendakian, dan diwajibkan dilakukan pemeriksaan di puskesmas/klinik yang berada di daerah Kalibaru saja. Di luar dari daerah tersebut tidak berlaku. Hmmm, repot juga ya? Maklum, inilah risiko mendaki di kala dilakukan pemeriksaan kesehatan, kemudian gue dan pendaki yang lainnya langsung menuju basecamp dengan menggunakan sepeda motor. Seperti yang diketahui, terdapat beberapa basecamp pendakian di gunung Raung. Biasanya para pendaki menyebutnya dengan nama basecamp A, basecamp B, atau basecamp C. Basecamp untuk trip pendakian ini bernama "Basecamp Pak Aldi". Menurut Mas Nuggi, jarak dari klinik ke basecamp tidak terlalu jauh, hanya saja jalur yang dilalui memang kurang bagus. Sekitar 15 menitan perjalanan, pada pukul 0620 WIB gue sudah tiba di basecamp dan pada saat itu juga sudah ada beberapa pendaki yang tengah rapih-rapih packing dan sarapan. Oke, mari kita packing juga! Day 2Basecamp - Camp 1Setelah beres sarapan dan repacking alat-alat pendakian, kemudian gue dan 13 pendaki lainnya diberikan briefing singkat oleh Mas Nuggi. Pada briefing tersebut, hanya membahas mengenai detail fasilitas trip pendakian yang didapat, protokol kesehatan selama pendakian, dan pembagian alat-alat climbing pendakian. Untuk fasilitas trip pendakian, mengikuti kategori paket mana yang dipilih. Adapun beberapa fasilitas yang gue dapat pada salah satu paket trip pendakian yang disediakan, di antaranya adalahGuide RaungSimaksi pendakian - alat panjat safetyOjek Kalibaru - Basecamp PPOjek Basecamp - Pos 1 PPRumah singgah Basecamp Pak AldiPorter air tim 15/30Makan 2x berangkat dan pulang di basecampMug gunung RaungDokumentasi timDari beberapa fasilitas yang disediakan, menurut gue ini sudah lumayan murah ketimbang yang ditawarkan oleh pihak penyelenggara trip lain. Oke, lanjut ke cerita. Selesai briefing, kemudian kami langsung diantar menuju Camp 1 dengan menggunakan ojek motor. Sebelum dilanjutkan ke Camp 1, kami terlebih dahulu diwajibkan berkumpul di kantor sekretariat gunung Raung untuk melakukan registrasi ulang sekaligus juga mengikuti pengarahan dari petugas setempat. Pengarahan di sini lebih ditekankan pada aturan dan tata tertib selama pendakian. Setelah dari itu, langsung dilanjutkan menuju Camp 1. Lama perjalanan dari lokasi kantor sekretariat ke Camp 1 tidak begitu jauh, kurang lebih sekitar 25-30 menit dengan menggunakan ojek motor. Sekitar pukul 0821 WIB pagi, gue sudah tiba di Camp 1. Saat tiba di Camp 1, rupanya sudah banyak rombongan pendaki yang berasal dari trip lain. Camp 1 di sini kalo gue bisa bilang, mirip seperti pangkalan ojek motor, wkwk. Seru juga, sih. 2Camp 1 - Camp 2Dari Camp 1, pergerakan berikutnya yaitu dengan berjalan kaki. Jika dilihat dari rundown, lama perjalanan Camp 1 menuju Camp 2 itu kurang lebih 3 jam! Jauh banget, dong? hahaha. Trek awal masih berupa pekarangan kebun kopi, jalur berlika-liku, dan hanya sedikit menanjak. Makin terus bergerak, lama kelamaan napas mulai kembang kempis juga, wkwkwk. Padahal, jalurnya belum begitu ekstrim, tapi fisik sudah terasa capek, sepertinya ini karena isi keril yang berat, haha. Setelah 45 menit berjalan, kami tiba pada sebuah pondokan, yang biasanya para pendaki menyebutnya dengan Camp 2 Bayangan. Oke, langsung turunkan keril dari pundak dan istirahatin kaki sebentar. Sinar matahari pada saat itu sangat terik di kulit, dan keril pun diberatkan oleh logistik beserta alat climbing, hal itulah yang membuat fisik terkuras habis. Tidak mau berlama-lama beristirahat, perjalanan dilanjutkan kembali. Selepas Camp 2 Bayangan, trek mulai memasuki hutan, walaupun ga begitu tertutup rapat. Sejauh ini, belum ditemukan medan yang terbilang curam atau terjal, masih trek landai dan sedikit menanjak saja tapi sangat panjang, haha. Sesekali juga kami break singkat di tengah-tengah perjalanan cuma untuk mengumpulkan napas yang semakin ga stabil, wkwk. Pergerakan terus dilakukan hingga akhirnya kami tiba di Camp 2 sekitar pukul 1100 WIB. Saat kami baru tiba di Camp 2, belum banyak pendaki yang ada di sana, baru beberapa saja. Dan selang beberapa menit kemudian disusul oleh pendaki yang lainnya. Camp 2 memiliki area yang cukup luas, di mana terdapat sebuah pondokan yang bisa digunakan oleh para pendaki untuk berteduh apabila turun 2Camp 2 - Camp 3Saking asiknya kelamaan beristirahat, sampai lupa kalau perjalanan harus dilanjutkan kembali, hahaha. Seluruh anggota tubuh pun terbawa suasana mager. Beginilah kalau kelamaan istirahat. Oke, perjalanan kami lanjutkan kembali menuju Camp 3. Trek menuju Camp 3, menurut gue, tidak jauh berbeda dengan trek-trek sebelumnya. Mungkin karena semakin menipisnya tenaga, trek-pun terasa makin berat, hmmm. Ga kerasa juga persediaan air minum semakin berkurang seiring tegukan demi tadinya rombongan kami berjalan beriringan, lama kelamaan semakin berjarak dan terbagi, hahaha. Rombongan yang depan untuk kaum-kaum yang bernapas kuda, sedangkan rombongan yang belakang untuk pasukan-pasukan usia lanjut, wkwk. Gue akuin, fisik gue pun hancur-hancuran juga. Ga tau, kenapa bisa capek banget! Hahaha. Saat memasuki pukul 1225 WIB, kami akhirnya tiba di Camp 3. Alhamdulillah, bisa selonjoran dulu, hehehe. Tidak seperti Camp 2, area Camp 3 tidak begitu luas. Jika dikira-kira, hanya cukup diisi untuk 2-3 tenda yang berkapasitas 4 saja. Saat sedang nyaman beristirahat, tiba-tiba turun gerimis. Pergerakan pun kami lanjutkan kembali dengan harapan bisa tiba di Camp 4 sebelum hujan deras turun. Day 2Camp 3 - Camp 4Selepas Camp 3, trek pendakian berubah jadi menurun. Tentu ada rasa senang, karena pergerakan menjadi lebih cepat dari sebelumnya, hahaha. Saat di tengah perjalanan menuju Camp 4, cuaca semakin kurang bersahabat. Yang tadinya hanya sekadar rintik-tintik ringan, tiba-tiba beralih menjadi tumpahan hujan yang sangat deras. Sepatu dan beberapa pakaian lainnya sudah tidak terbendung lagi oleh air hujan yang sudah membasahi kemana-mana. Air hujan dan keringat seakan sudah menyatu di kami akan makan siang di Camp 4. Namun, sepertinya akan sangat merepotkan sekali apabila hujan tak kunjung reda juga. Karena kondisi hujan pada saat itu, membuat rombongan kami semakin terbagi lagi. Sebab, ada yang memutuskan berhenti untuk berteduh, ada juga yang tetap lanjut bergerak. Gue salah satu yang tetap lanjut bergerak. Alhamdulillah, kondisi hujan mulai mereda seiring pergerakan naik menuju Camp 4. Dan sekitar pukul 1330 WIB, kami tiba di Camp 4. Tidak lama-lama, segera mengisi perut dengan bekal nasi bungkus yang sudah kami bawa dari basecamp. Ketika sedang asik-asiknya menyantap makanan, tiba-tiba hujan turun lagi. Terpaksa harus melanjutkan makan di bawah flysheet salah satu pendaki yang sedang berteduh juga. Hmmm. Foto diambil saat perjalanan turun ke Camp 1Day 2Camp 4 - Camp 5 - Camp 6 - Camp 7Seberes makan, perjalanan dilanjutkan kembali. Waktu pada saat itu sudah menunjukkan pukul 1415 WIB. Walaupun perut sudah diisi, ternyata tidak memberikan dampak yang signifikan juga untuk gue. Fisik masih saja loyo seperti yang sebelum-sebelumnya. Atau, ini sebenarnya disebabkan karena kondisi hujan? Bisa jadi berpengaruh. Beban keril juga terasa semakin berat karena sebagian kondisinya sudah basah. Jika dilihat dari rundown pendakian, jarak dari Camp 4 menuju Camp 7 memakan waktu sekitar 3 jam. Kondisi hujan yang tak kunjung reda disertai medan pendakian yang berubah menjadi tidak karuan, menyebabkan gue tidak bisa mendokumentasikan pendakian. Jangankan untuk mengambil gambar, untuk menaikkan keril yang merosot dari pundak aja rasanya udah minta ampun, wkwk. Bergerak dan istirahat, cuma itu yang bisa gue terapkan untuk dapat segera tiba di Camp 7. Di kepala hanya terbesit motivasi, "Camp 7, Camp 7, Camp 7". pendakian sudah mulai terbuka dan melipir ke arah kiri, ini menandakan bahwa Camp 7 sudah semakin dekat. Karena hari sudah memasuki waktu petang, jarak pandang menjadi sangat terbatas. Ga ada lagi yang gue inginkan pada saat itu, kecuali dapat segera tiba di Camp 7. Udah capek, coy! Hahaha. Alhamdulillah, sekitar pukul 1740 WIB, akhirnya tiba juga di Camp 7. Gue cukup kesulitan mencari lapak untuk membuka tarp tent, karena hampir semua sudut di area ini sudah dipadati oleh tenda para pendaki. Oh, iya, di pendakian gunung Raung kali ini gue menggunakan tarp tent. Sama seperti pada saat pendakian di gunung Dempo waktu lalu. Seberes mendirikan tarp tent dan makan malam, mata secara otomatis terpejam kantuk. Tidur pulas pun tidak terelakan lagi. Mari kita simpan tenaga untuk summit jam 2 dini hari 3Camp 7 - Camp 8Sekitar pukul 0120 dini hari, suara bising dan lalu-lalang langkah kaki mulai terdengar dari luar tenda. Ternyata sudah ada beberapa rombongan pendaki lain yang berangkat summit lebih awal. Sambil mengusap mata yang masih kantuk-kantuknya, sarapan instan pun dibuat sebagai asupan tenaga sebelum melakukan summit. Diselingi juga menyiapkan peralatan dan perlengkapan yang akan dibawa untuk summit. Air mineral 1,5 liter, alat-alat climbing, P3K, dan beberapa camilan, semuanya sudah ter-packing rapi dalam backpack yang akan gue bawa. Kami mengawali summit sekitar pukul 0230 WIB. Check point berikutnya adalah Camp 8. Oke, Bismillah, semoga lancar, info dari salah seorang guide rombongan kami, Pak Aldi, jarak Camp 8 sampai dengan Camp 9 masing-masing memakan waktu kurang lebih hanya satu jam. Ya, lumayan, tidak sampai berjam-jam, wkwk. Dinginnya udara mulai menggerogoti hampir ke seluruh bagian tubuh, tak terkecuali satupun. Apalagi ketika tubuh berdiam sejenak saat break di tengah jalur pendakian. Kondisi sepatu yang masih basah bekas kehujanan kemarin, menjadi penyumbang dingin paling banyak. Kedua sarung tangan yang dikenakan juga tidak memberikan dampak apa-apa. Tangan masih saja terasa kebas. Dengan napas yang terpengap-pengap, sekitar pukul 0330 WIB, akhirnya kami tiba di Camp 8. Pada saat itu, belum ada sinar matahari yang mengintip ke permukaan, hanya pekatnya gelap yang masih terbungkus rapat. Tidak banyak yang bisa diamati jelas pada sekitar. Singkat istirahat, pergerakan dilanjutkan kembali menuju Camp 3Camp 8 - Camp 9 - Puncak BenderaSemakin bergerak ke atas, pantulan sinar matahari perlahan mulai merambat naik dikit demi sedikit. Cahaya berwarna emas kemerah-merahan matang nampak begitu indah untuk dipandang. Kedua lensa bola mata sangat begitu antusias merekamnya. Tidak ada sedikitpun pandangan yang dipalingkan. Kira-kira, seperti itulah sambutan yang diberikan oleh alam semesta untuk seluruh makhluk yang ada di Bumi. Indah dan penuh hangat. Masya Allah. Sekitar pukul 0500 WIB, kami sudah tiba di Camp 9. Di Camp 9, kami hanya sekadar beristirahat sambil ngobrol-ngobrol aja, karena rencananya, kami akan memasang peralatan climbing di Puncak Bendera. Selepas beberapa menit, pergerakan kami lanjutkan kembali. Sama seperti gunung-gunung lain ketika ingin menuju puncak, jalur pendakian sudah tidak lagi berupa hutan yang tertutup. Jalur sudah mulai didominasi oleh bebeatuan kecil dan sedang. Biasanya kita menyebutnya dengan "batas vegetasi". Dari kejauhan, Puncak Bendera sudah dapat dilihat. Alhamdulillah, satu per satu dari kami tiba di Puncak Bendera sekitar pukul 0530 WIB. Di sini, sudah tidak ada lagi pohon tinggi yang dapat melindungi kami dari terpaan angin, udara dingin pun tidak terelakan lagi untuk tubuh. Tidak lama setelah kami tiba di puncak, Pak Aldi mulai memasangkan alat climbing ke kami secara bergantian. Seberes alat climbing sudah terpasang seluruhnya, selanjutnya beliau memberikan briefing singkat mengenai beberapa panduan, tips, dan himbauan terkait trek yang akan kami lalui berikutnya, hingga akhirnya tiba di titik terakhir, yakni Puncak Sejati. Day 3Puncak Bendera - Puncak SejatiSekitar pukul 0600 WIB, kami mulai mengawali langkah menuju Puncak Sejati. Selepas Puncak Bendera, jalur pendakian sudah full 100% bebatuan dan berpasir. Langkah yang hati-hati sangat diperlukan dalam mengarungi trek demi trek-nya. Pandangan pun harus terus terfokus pada tiap pijakan yang kita pilih. Dengan formasi yang membentuk satu barisan memanjang, menjadikan standar safety yang wajib diterapkan oleh kami. Ketika hendak bergerak maju, memanjat atau turun, harus dipastikan carabiner sudah terkait dengan benar ke webbing dan kernmantle. Sebenarnya, tidak begitu sulit saat menggunakan alat-alat tersebut selama digunakan dengan baik dan benar sesuai yang diinstruksikan. Namun tetap perlu berhati-hati dan mawas menuju Puncak Sejati, tidak seluruhnya diperlukan alat climbing, karena selepas melewati jalur siratal mustaqim, jalur sudah mulai kondusif dan bisa dilalui tanpa alat climbing lagi. Dari sini, Puncak Sejati sudah mulai terlihat dari bawah, tinggal melewati satu tanjakan terakhir lagi. Jalur sudah berubah menjadi yang menanjak terjal. Medan pendakian sudah didominasi oleh bebatuan kecil, sedang, hingga besar. Perlu kehati-hatian ketika berada di sana, karena sering kali batu berjatuhan dari arah atas. Saking vertikalnya tanjakan tersebut, gue cuma bisa melangkahkan kaki selangkah dua langkah aja, kemudian berhenti untuk menghela napas. Engap, coy! Hahaha. Hal itu konstan gue lakukan, hingga akhirnya dapat membawa gue tiba di Puncak Sejati tepat pada pukul 0820 WIB. Perjuangan yang harus dibayar kontan, Alhamdulillah. Mari abadikan moment yang indah 3Puncak Sejati - Camp 7 - BasecampGa kerasa sudah 30 menit berlalu saat di Puncak Sejati. Selanjutnya, kami mulai meninggalkan puncak dan kembali turun ke Camp 7. Tidak lupa juga kami mampir ke Puncak Tusuk Gigi untuk sekadar mengambil gambar. Puncak Tusuk Gigi sendiri merupakan sebuah area yang diisi oleh tumpukan batu-batu besar yang menjulang tinggi memanjang. Karena hal itulah disebut dengan "Puncak Tusuk Gigi". Selepas itu, kami lanjutkan perjalanan turun ke Camp 7. Waktu sudah siang dan matahari semakin terik. Sekitar jam 1200 WIB, kami sudah tiba di Camp 7, Alhamdulillah. Mari luruskan kaki sambil masak untuk makan siang, hehehe. Rencananya, gue masih menghabiskan satu malam lagi Di Camp 7, dan akan melanjutkan perjalanan turun ke Camp 1 di keesokan harinya. Karena, idealnya memang seperti itu. Setelah melakukan summit yang berat, sebaiknya tubuh diberi waktu istriahat yang lebih. Pagi itu, pagi di hari ke-4, gue dan beberapa pendaki yang lainnya sudah mulai sibuk merapikan dan packing perlengkapan. Bahkan, ada juga yang sudah pergi turun ke Camp 1 duluan. Buru-buru mungkin, hahaha. Sekitar jam 0700 WIB, gue sudah mulai bergerak meninggalkan Camp 7. Bismillah, seharusnya perjalanan turun akan lebih mudah dibanding perjalanan naik kemarin, apalagi ditambah dengan kondisi fisik yang sudah di-recovery, hehe. Benar aja, tidak membutuhkan waktu lama, gue sudah tiba di Camp 1, hahaha. Kemudian dilanjutkan menuju basecamp dengan menggunakan ojek motor yang kebetulan mereka sudah standby sedari tadi. Alhamdulillah, sekitar pukul 1200 WIB, gue sudah tiba di basecamp dan akhirnya bisa mengakhiri pendakian 3 hari 2 malam ini, Summits Pulau Jawa SelesaiAlhamdulillah, pendakian kali ini dapat berjalan lancar, aman, sehat, dan tepat waktu. Mengingat besok pagi adalah jadwal flight kepulangan gue, jadi, pukul 2100 WIB malam nanti, gue akan bertolak dari Kalibaru menuju Surabaya dengan menggunakan travel yang sama seperti saat keberangkatan kemarin. Jadwal dan estimasi waktu tersebut sudah gue atur pada rundown yang gue buat. Semoga saja berjalan lancar dan tidak ada hambatan, Aamiin. Singkat cerita, pagi itu gue sudah berada di Bandara Juanda Surabaya setelah sebelumnya melakukan perjalanan malam yang panjang dari Banyuwangi. Beberapa menit lagi, akan memasuki waktu boarding. Selama menunggu di ruang gate, banyak berseliweran lamunan-lamunan di dalam kepala. Berucap syukur adalah aktivitas yang paling sering gue lakukan pada saat itu. Dengan berakhirnya pendakian gunung Raung ini, Alhamdulillah, berarti gue sudah melengkapi pendakian di tujuh gunung tertinggi di pulau Jawa. Kalau dibilang beruntung, belum tentu. Kalau dibilang rejeki, sudah pasti. Karena, tidak ada hasil yang tanpa pemberian-Nya. Semoga semuanya akan membawa dan memberikan manfaat yang baik untuk di kehidupan sehari-hari. Semoga menular juga untuk puncak-puncak di pulau yang lainnya. Aamiin. Terima kasih.
Tripmasa pandemi, Agustus tahun 2020.berawal dari sebuah obrolan yang kami bicarakan ketika sedang berada di kostan salah satu teman yang akhirnya bukan han
Oh ya, pada hiking kali ini agak rame sih. Karena Adi ngajak temennya, yaitu ada bang Randy, bang Yudhi, Dila dll. Seperti biasa Agil nggak lupa untuk join juga. Bermula dari grup whatsapp untuk membuat rencana agar perjalanan lancar dan perkiraan dana juga sesuai. Untuk menuju ke Gunung Lawu, dari Jakarta kita menggunakan kereta dengan tujuan ke Purwosari Solo dengan menempuh perjalanan selama 8 jam. Selama perjalanan kita habiskan dengan ngobrol, bercanda dan juga main uno. Setibanya di Purwosari, kita makan malam dulu sambil menunggu di jemput bis untuk menuju ke basecamp. Perjalanan dari Purwosari ke basecamp memakan waktu kurang lebih 2-3 jam dengan jalan yang lumayan berkelok. Kita tiba di basecamp hampir jam 1 pagi. Setelah beres-beres, kita semua bergegas beristirahat dan tidur karena esok harus mempersiapkan tenaga. Mana ya dingin banget itu basecamp. Pastikan membawa pakaian yang nyaman yas. Gue langsung bergegas membersihkan wajah dan bersiap untuk besok pagi. gue langsung tidur biar tetap fit karena waktu udah semakin larut. Akhirnya gue harus mengeluarkan sleeping bag karena dinginnya nggak tahan bangeeet. Setelah semuanya usai sarapan dan juga menyiapkan segala persiapan yang dibutuhkan, seperti mandi sebelum melakukan pendakian, sarapan dan juga melakukan pemanasan. Fyi jalur candi cetho ini adalah jalur terladai dibandingkan jalur lainnya, tapi lebih panjang juga! Kurang lebih pendakian ini gue dan yang lain memakan waktu sampai 10 jam, lama banget tapi ya seru dan berasa hahaha. Setelah berdoa, kita langsung memulai pendakian. First stop adalah posko pendakian puncak lawu jalur candi cetho. Kita mengisi data dan meninggalkan ktp di posko yang nanti diambil kembali saat turun. Bang Randhi sebagai penanggung jawab yang meninggalkan ktpnya. Kita juga diberikan arahan-arahan dan larangan apa selama mendaki, seperti tidak membakar apapun karena kebetulan saat gue mendaki sedang musim kemarau sehingga rentan kebakaran. Mulailah pendakian ini! Kita melewati Candi Kethek, Kethek artinya Monyet. Dan gue kurang tau kelanjutannya karena tidak mampir dan hanya lewat saja. Kita terus berjalan santai hingga berenti di sumber mata air terakhir sebelum pos Kita istirahat sejenak dan isi botol masing-masing sebelum lanjut mendaki lagi. Airnya seger dan dingin banget yaiyalah ya!. Antri Mengisi Air di Botol Setelah istirahat dan mengisi minum, lanjut lagi menuju ke pos 3. Kalau nggak salah, gue, Amel dan Febri tidur saat menuju pos 3 ini deh dan ditungguin oleh Agil haha. Mungkin karena emang ngantuk banget sih asli. Dan sesampainya di pos 3 gue juga tidur lagi, asli ahahaha. Pendakian jalur cetho ini asik-asik aja sih, cuma karena lagi musim kemarau ini debunya parah banget! Apalagi kalau ada yang turun kita musti minggir dulu kalau enggak bisa kelilipan dan sebagainya, maka itu kalau mendaki saat musim kemarau mesti siap masker banget dan jangan pakai baju terang. Perjalanan terasa panjaaaang banget dan lama hahaha. Emang bener-bener capek asli! Bahkan, dari sabana menuju ke pos 5 tempat kita camp, aja berasa lama dan jauh padahal nggak seberapa hahaha. Mungkin karena emang udah capek banget mendaki selama 10 jam. Trus mikir, 10 jam aja begini, gimana yang lain ya?? Haha. Tapi kita bener-bener menikmati aja mendaki sambil ngegibah *ups. Berkisar jam setengah 7 malam kita sampai, yang laki menyiapkan tenda dan yang perempuan bergegas masak dan segala macam. Baru kali ini cuy, segala snack habis di jalan karena lapar! Hahaha. Sesampainya di camp, emang paling enak masak mie. Gue nggak banyak take foto karena males aja, jadi dapet dari yang lain fotonya xoxo. Menuju Puncak Hargo Dumilah 3265 MDPL Janjian sih mau mulai muncak jam 3, tapi kalau nggak salah akhirnya kita mulai mendaki jam 4. Karena nggak bawa carrier jadinya lebih enteng. Dan seperti yang kalian tau lah ya kalau Lawu terkenal mistis terlebih lagi pasar dieng! Sepanjang jalan gue merinding aja gitu, mungkin suges aja kali ya haha. Para Pejuang Submit! minus Agil Seneng banget ngeliat sunrise rasanya. Cantik banget!!!! Emang naik gunung ini banyak banget bonusnya, itulah kenapa gue pengen banget setidaknya setahun sekali mendaki. Ternyata di Gunung Lawu gue menemukan lumayan banyak daisy, rasanya seneng banget uwu. Nah kalau mendaki gunung lawu dan belum mampir ke warung mbok Yem rasanya belum afdol! Kita mampir dulu sekaligus sarapan. Harga makanannya masih terjangkau. Terlebih yang ada dipikiran gue saat belanja dan harus naik ke atasnya, asli peer banget sih. Gue memesan nasi pecel dan segelas teh hangat, beuh rasanya nikmat tenannnn. Baca Juga Hiking ke Merbabu dari Jakarta Makan bwang! Setelah sarapan dan beristirahat sebentar, kita lanjut lagi menuju puncak kayak lagu. Perjalanan menuju puncak lumayan juga mendaki, debunya tetap banyak. Kurang lebih sesampainya di Puncak itu jam 7 pagi. Seneng banget rasanya, karena ini pertama kalinya gue muncak dari tengah pagi gitu ahaha, jadi berasa terbayar aja perjuangannya. Mt Lawu 3265 MDPL! Setelah menikmati puncak, istirahat dan berfoto. Kita segera bergegas untuk packing dan turun. Karena takut kalau kita bakal kemalaman. Pemandangan hamparan sabana yang luas dan juga cantik bener-bener bikin puas mata banget! Ditambah langit biru, jadi makin perfect. Di pasar Dieng banyak banget batu bertumpuk gini btw. Jadi inget drakor tau gak sih! Haha Jam 12 siang kita start untuk turun kembali menuju ke Basecamp. Sebelum turun, kita menghabiskan logistik untuk makan siang dan bekal. Karena snack juga udah habis semuanya, takut diperjalanan juga lapar jadi lebih baik persiapan. Full Team Untungnya untuk turun kita hanya memakan setengah waktu dari naik yaitu 5 jam, tapi berasa banget karena turunannya yang lumayan menyebabkan kaki jadi kotor, sakit dan macem-macem lah pokoknya. Selama turun, bisa dihitung banget pendaki yang naik nggak banyak. Mungkin karena hari Senin jadinya orang-orang sudah pada turun kemarin. Total Biaya Pendakian di Gunung Lawu Biaya yang dihabiskan selama pendakian dari Jakarta kurang lebih menghabiskan biaya Untuk detail lengkapnya gue kasih rinciannya berikut Dan juga yang mau tau itinerary perjalanan juga bisa dilihat berikut Nah itulah kurang lebih cerita hingga rincian pendakian kali ini. Sampai jumpa di cerita lainnya, semoga bermanfaat!
PendakianGunung Lawu BPJ Part 2 Malam 1 Suro 0 2.974 Gunung Lawu adalah salah satu gununbg tertinggi di pulau Jawa dengan ketinggianya mencapai 3.265 mdpl dan terletak di perbatasan Provinsi
1300 - 13:30 : Istirahat & Persiapan kembali ke stasiun 13:30 - 16:00 : Perjalanan kembali ke stasiun solo jebres / solo balapan Keberangkatan kereta dari solo menuju Jakarta *GBM Selatan, Star jam 16:12 Tiba dijakarta 01:55 ( Solo Jebres ) *Matarmaja, Star Jam 22:31 Tiba Dijakarta 09:27 ( Solo Jebres )
.