Rezekikarena anak; Setiap keturunan sudah memiliki rezekinya masing-masing. Hal ini tentunya sudah dijamin oleh Allah SWT. Disebutkan dalam surat Al-Isra' ayat 31 yaitu: "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sunggu suatu dosa yang besar."
"Bagaimana aku takut miskin sedangkan aku adalah hamba dari sang maha kaya."~ Tulisan ini hanya akan sekedar jadi tulisan jika tidak ditanamkan ke dalam hati, rasa takut itu ada karena terbiasa. Rasa was-was yg sudah tertanam dalam diri kita dari kecil. Kita terlalu khawatir akan dunia, kita terlalu khawatir akan sesuatu yg sebenarnya bisa dikatakan itu urusan tuhan. Kita takut di masa depan yang di luar jangkauan kita, misalnya soal pekerjaan, soal rejeki. Bagaimana jika kita sudah tidak bekerja lagi, kalau sudah tidak bekerja bagaimana kita bisa makan? Padahal masa depan itu urusan tuhan, kita urus saja urusan kita di dunia ini yaitu BEKERJA. Hal yang ditakutkan sebagian orang tentang rejeki adalah bagi mereka yang mencari rejeki dengan cara berdagang. Soal rejeki, banyak tidaknya yg kita terima itu semua sudah tuhan yang ngatur. Kita tidak tau apa yg akan terjadi di masa depan dan kita tidak akan pernah tau. Jangan Takut Soal Kemiskinan Kekhawatiran kita adalah kekhawatiran semu akan sesuatu yg tidak pasti. Tugas manusia hanyalah berusaha, yg dinilai adalah proses kita berusaha. Soal hasil, insyaallah tidak akan berkhianat dan biarkan tuhan yang mengaturnya, kita hanya perlu kerja, ibadah dan berbuat yang terbaik. Bahkan ada salah satu ayat berbunyi Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia. QS. Ar-Ra'd11 Kita tidak boleh menyalahkan keadaan, keadaan terjadi adalah karena sebab akibat dari diri kita sendiri. Misalnya saja jika terjadi musibah, bisa jadi itu karena cobaan atau bisa juga jadi itu karena hukuman. Yang harus kita salahkan adalah diri kita dalam menghadapi suatu keadaan. Saya suka dengan kalimat dari Ali bin Abi Thalib Ra yang seperti ini “Bukan kesulitan yang membuat kita takut, tapi ketakutan yang membuat kita sulit. Karena itu jangan pernah mencoba untuk menyerah dan jangan pernah menyerah untuk mencoba dalam amanah, keikhlasan dan kejujuran. Maka jangan katakan pada Allah aku punya masalah, tetapi katakan pada masalah AKU PUNYA ALLAH Yang Maha Segalanya” Balik lagi ke tulisan kita di awal Bagaimana aku takut miskin sedangkan aku adalah hamba dari sang maha kaya. Menanamkan tulisan diatas akan membuat hati kita jadi tentram karena kita tidak perlu lagi memikirkan hal yg bukan utusan kita, hal yg memang tidak pasti. Berusahalah, lakukan yang terbaik. Niscaya kamu akan mendapatkan imbalannya. Tidak semua orang bisa melakukan makna dari tulisan diatas, kebanyakan kita pasti takut kalau miskin, takut kalau tidak punya uang. Jujur saja saya juga gitu, saya tidak munafik kok. Saya yakin kamu juga begitu tapi kalau tidak berarti kamu hebat. Lagian kenapa harus takut? Karena memang dari awal kita sudah miskin. Coba renungkan apa coba yang hakikatnya itu milik kita? Tubuh aja misalnya, kita lahir kita itu ga punya apa-apa, baik tangan, kaki, mata telinga dan yang lainnya. Itu semua hanya titipan, kita dititipi tuhan untuk menggunakannya dengan baik. Semua yg kita miliki serba titipan. Kalau samg pemilik mau ngambil kita bisa apa coba? Harusnya kita bersyukur kalau kita terlahir dengan sempurna karena ada banyak orang yang tidak diberi titipan sebanyak kita. Contohnya, ada org yg tidak bisa melihat, ada org yg tidak bisa mendengar, berjalan, memegang dan masih banyak lagi. Pernahkan kalian memikirkan mereka? Kita harus bersyukur kita dititipi pemberian sebanyak ini, kaki misalnya. Kaki utu mahal banget harganya, apalagi mata. Apa kalian mau menjual kaki kalian seharga satu milyar untuk masing-masing kakinya? Saya tidak tau apakah mayoritas orang akan mau atau tidak tetapi kalau saya jelas tidak mau. Karena saya ingin bisa berjalan, apalagi ini adalah pemberian tuhan yang harus kita jaga dengan baik. Kita harus bisa mengarahkan kemana kaki kita melangkah, apakah itu ke arah kebaikan atau arah keburukan. Yang jelas semua itu akan selalu ada pertanggung jawabannya. Kalau kalian misal menjawab mau menjual kaki, yaa silahkan. Kalau tidak, makanya manfaatin sebaik-baiknya. "Sekaramg saya coba menanamkan kata kata ini supaya ga khawatir lagi soal uang. Kenapa? Yaa soalnya kalau dipikirkan terus uangnya tidak bakalan nambah. Yang dipikirin bukan duitnya dan berapa hasilnya tetapi bagaimana cara nyari duitnya, baru dikira-kira brp hasilnya? Ada ga cara yg lain yg lebih menguntungkan?... Intinya dicari aja pasti dapat rejekinya... Soal nominal yaa seharusnya cukup lhaa, karena rejeki pemberian tuhan itu cukup untuk hidup bukan untuk gaya hidup. Yang Penting Cukup Kita harus selalu belajar sabar saat kita sedang tidak punya apa-apa apalagi saat tidak punya uang. Apakah kita tidak boleh minta menjadi kaya? Tentu sangat boleh tetapi jangan sampai kekayaan itu membuat kita lupa akan keberadaan Tuhan Yang Maha Kaya hingga membuat kita sombong dan tidak berbuat kebaikan, menggunakan harta kita untuk sesuatu yang tidak dibawa saat kita telah mati. Saat miskin pula dan kita tidak memiliki uang sepeserpun jangan lupa juga kalau kita masih punya Tuhan Yang Maha Kaya Yang penting cukup, cukup untuk makan, cukup untuk beli hp, cukup untuk beli rumah. Yah dan semacamnya, walau makna cukup sendiri berbeda bagi setiap orang karena setiap orang punya kebutuhan dan kewajibannya masing-masing. Entah karena tuntutan hidup atau karena gaya hidup. Belajar Sabar Rejeki bukan selalu menyangkut soal uang dan materi, karena rejeki maknanya luas. Misalnya kita tidak sakit saja itu sudah termasuk rejeki, keluarga tidak sakit, anak, istri ataupun suami itu pun termasuk rejeki. Saat kita dalam kesulitan entah itu soal harta ataupun hutang, kita harus belajar sabar. Karena tuhan akan selalu bersama orang yang sabar. Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS 2-153 Yang jelas perihal hutang kita harus niat untuk melunasinya jika memang kita punya hutang karena hutang itu akan dibawa sampai ke akhirat nanti. Yah, kalau belum punya setidaknya berusahalah untuk tidak berhutang. Ini adalah tulisan renungan bagi saya sendiri, sebenarnya ide tulisan ini sudah lama saya tulis dan ada di notepad hp android saya. Pengingat kalau dunia ini yang dikejar bukan cuma harta.
AllahSWT berfirman, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi ISLAM MENGHARAMKAN TIDAK MAU MEMPUNYAI ANAK KARENA TAKUT MISKINOleh Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir AbdatFirman Allah Subhanahu wa Ta’ تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ مِنْ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena kemiskinan kamu. Kami akan memberi rizki kepada kamu dan kepada mereka” [Al-An’aam/6 151]Dan firman-Nya lagiوَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا“Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberi rizki kepada mereka dan juga kepada kamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang sangat besar” [Al-Israa/17 31]Faedah. Pada ayat yang pertama Al-An’aam/6 151 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu”. Karena kemiskinan kamu terjemahan dari min imlaaqi. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan atau kekafiran memang telah ada sebagaimana ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan lain-lain Ulama. Maka janganlah kefakiran kamu itu menyebabkan kamu membunuh anak-anak kamu. Oleh karena itu pada ayat yang mulia ini didahulukan penyebutan terhadap orang tua kemudian “Kamilah yang memberi rizki kepada kamu dan kepada mereka anak-anak kamu”. Sedangkan dalam ayat yang kedua Al-Israa/17 31 Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin”. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan atau kefakiran belum datang kepada mereka orang tua. Akan tetapi mereka takut hidup miskin atau fakir disebabkan adanya anak di masa mendatang. Lantaran itu mereka bunuh anak-anak mereka karena takut kemiskinan yang akan menimpa mereka!? Oleh karena itu pada ayat yang mulia ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memulai menyebut anak kemudian orang “Kami yang akan memberi rizki kepada mereka yakni anak-anak kamu dan juga kepada kamu”. Disinilah letak perbedaan kedua ayat di atas Al-An’aam/6 151 dan Al-Israa/17 31. Perhatikanlah!Kedua firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas memberikan pelajaran dan hukum yang sangat tinggi kepada kita ;Pertama Bahwa salah satu perbuatan jahilliyyah ialah membunuh anak mereka karena kemiskinan yang ada pada mereka atau karena takut miskin di masa mendatang disebabkan adanya anak. Dari sini kita mengetahui bahwa salah satu sifat orang jahilliyyah ialah takut mempunyai anak atau tidak mau mempunyai anak karena kefakiran mereka atau takut jatuh miskin atau fakir. Perhatikanlah dan pahamkanlah ! Alangkah serupanya kemarin malam dengan malan ini! Sebagian kaum muslimin yang hidup pada zaman kita sekarang ini ketakutan bahkan sangat takutnya mempunyai anak karena kemiskinan mereka itu atau takut miskin di masa mendatang!? Kaum muda yang baru nikah tidak mau langsung mempunyai anak dengan alasan misal yang kita dengar “Ekonomi kami belum cukup!” Gaji masih kecil!” “Belum mampu mengurus anak!” “Rumah masih ngontrak!”.Sebagian mereka ada yang membatasi kelahiran, tidak mau lebih karena alasan yang sama yang semua itu terkumpul menjadi satu yaitu ketakutan di atas ketakutan atas kemiskinan mereka atau takut jatuh miskin disebabkan anak!Alangkah serupanya sifat dua keyakinan mereka dengan sifat keyakinan orang-orang jahilliyyah yaitu tidak mau mempunyai anak karena kemiskinan mereka atau takut jatuh miskin!!!Dan inilah yang dibatakan oleh Islam ketika Nabi yang mulia Shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Hajjatul Wada’ sewaktu beliau wuquf di كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَا هِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيِّ مَوْضُوْعٌ“Ketahuilah ! Segala sesuatu dari urusan jahilliyyah berada di bawah kedua telapak kakiku dibatalkan” [Riwayat Muslim 4/41]Salah satu urusan jahilliyyah ialah membunuh anak-anak mereka karena kemiskinan atau takut miskin! Ini! Maka kaum muslimin yang tidak mau mempunyai anak dengan i’tiqad keyakinan takut miskin atau takut tidak bisa makan atau, atau, atau…. Samalah keyakinan mereka ini dengan keyakinan orang-orang jahilliyyah meskipun mereka tidak membunuh anak-anak Membunuh anak-anak karena dua sebab di atas yaitu karena kemiskinan atau takut miskin atau sebab-sebab lain adalah perbuatan dosa yang sangat besar sekali sebagaimana firman Allah di atas bersama sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di bawah عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَأَلْتُ أَوْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ عِنْدَ اللَّهِ أَكْبَرُ؟ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدَّا وَهُوَ خَلَقَكَ، قُلْتُ ثُمَّ أَيِّ؟، قَالَ ثُمَّ اَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ خَشيَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ، قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ أَنْ تُزَانِيَ بِحَلِيلَةَ جَارِكَ“Dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata Aku bertanya atau ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Apakah dosa yang paling besar di sisi Allah?” Jawab beliau, “Engkau menjadikan bagi Allah tandingan sekutu padahal Dia yang menciptakan kamu” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Jawab beliau, “Engkau membunuh anakmu lantaran takut makan bersamamu” Aku bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Jawab beliau, “Engkau berzina dengan istri tetanggamu” [Shahih Riwayat Bukhari 6/14 dan Muslim 1/63 64]Kesimpulan Bahwa tidak mau atau takut mempunyai anak atau membatasi kelahiran dengan keyakinan seperti keyakinan jahilliyyah yaitu Karena kemiskinan dan takut semakin miskin dan fakirAtau takut jatuh miskin dan fakirAtau takut miskin karena banyak anakAtau susah dan merasa berat mengurus dengan dasar pendidikan dan hukumnya haram dengan kesepakatan para Ulama umat ini yang dahulu dan sekarang baca ; Ulama pewaris ilmunya para Nabi.Jika dikatakan, “Bukankah di dalam Islam ada azal yaitu mengeluarkan mani di luar rahim. Sedangkan azal pada hakikatnya tidak mempunyai anak dengan pencegahan kehamilan. Dan azal ini dibolehkan di dalam Islam. Dengan sendirinya Islam tidak melarang mencegah kehamilan atau membatasi kelahiran, bagaimana jawaban saudara?”Saya jawab. Pertama Tidak syak lagi bagi ahli ilmu khususnya dan sebagian kaum muslim umumnya, bahwa azal terjadi pada zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam masih hidup. Hadits-hadits yang berbicara tentang masalah ini cukup banyak dan masyhur dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslin dan Adapun hukumnya para Ulama kita telah beselisih dalam menentukannya. Akan tetapi pandangan yang lebih kuat hukum azal adalah makruh yang lebih utama ditinggalkan karena beberapa Pertama Azal terjadi pada masa turunnya wahyu sedangkan Allah tidak menurunkan ayat yang Kedua Tidak ada larangan yang sharih tegas dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kecuali sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam bahwa azal adalah ذَلِكَ الْوَأْدُ الْخَفِيُّ“Mengubur anak hidup-hidup secara sembunyi” [Riwayat Muslim 4/161 dan lain-lain]Maksud sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di atas tidak secar zhahirnya. Akan tetapi hanya merupakan tasybih yaitu penyerupaan bahwa azal itu menyerupai orang yang mengubur anak hidup-hidup secara zhahir yang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam katakan secara sembunyi khafi karena beberapa yang pertama Niat dan maksudnya tidak mau mempunyai anak Hal yang kedua Memutuskan kelahiran sebelum datangnya yakni datang kehamilan. Oleh karena itu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam namakan mengubur anak hidup-hidup secara sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ini pun jelas bahwa mereka orang yang melakukan azal tidak mengubur anak hidup-hidup secara zhahir. Oleh karena itu hukumnya pun tidak berlaku secara Ketiga Bahwa azal menghilangkan sebagian dari maksud-maksud nikah diantaranya ialah memperbanyak umat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang menjadi kebanggaan beliau di hadapan para Nabi dan umat-umat yang terdahulu bahwa umat beliau adalah yang terbanyak dan terbesar dari seluruh umat para Nabi dan Rasul. Baca kembali hadits-hadits di fasal pertamaSebab Keempat Bahwa azal menghilangkan sebagian kelezatan jima’ bersetubuh. Imma terhadap istri atau terhadap keduanya suami – istri.Ketiga Bahwa azal yang terjadi dan dikenal di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan dikerjakan oleh sebagian Shahabat berbeda dengan apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin pada zaman kita hidup sekarang ini dengan beberapa perbedaan yang sangat mendasar sekali yang pertama Bahwa para Shahabat melakukan azal dengan tidak meyakini tanpa i’tiqad bahwa dengan azal itu pasti dapat mencegah kehamilan ! Tidak demikian keyakinan mereka!Keyakinan mereka bawha azal sama sekali tidak dapat merubah takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mentakdirkan akan terjadi anak maka terjadilan. Begitu keyakinan i’tiqad mereka sebagaimana diajarkan oleh Nabi yang mulia Shallallahu alaihi wa sallam di dalam sabda-sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam diantaranya sabda beliau ketika ditanya tentang هُوَ الْقَدَرُ“Hanyasanya dia itu qadar takdir” [Shahih Muslim 4/158, 159]Maksudnya Terjadinya anak dan tidaknya disebabkan takdir bukan karena azal!Perhatikanlah ! inilah keyakinan yang benar!Berbeda dengan apa yang diyakini oleh sebagian kaum kita selain mereka telah mempergunakan berbagai macam alat pencegah kehamilan bukan azal yang dikenal di zaman Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka meyakini bahwa dengan alat-alat tersebut kehamilan dapat dicegah!? Ini adalah keyakinan yang batil dan menyalahi kenyataan yang dapat disaksikan oleh manusia! Berapa banyak orang yang azal baik dengan cara lama atau dengan menggunakan alat –terlepas dari keyakinan masing-masing- kenyataannya istrinya hamil kemudian melahirkan yang akhirnya ia mendapat anak!Sebaliknya, berapa banyak orang yang tidak melakukan azal baik dengan cara lama atau menggunakan alat kenyataannya istrinya tidak hamil! Bahkan ada yang sampai seumur hidupnya tidak mempunyai anak! Cerita tentang dua kejadian di atas banyak sekali sampai kepada derajat mutawatir! Ini perbedaan yang pertama!Sedangkan perbedaan yang kedua Bahwa para Shahabat melakukan azal atau katakanlah “mencegah kehamilan”, tanpa i’tiqad keyakinan sama sekali seperti keyakinan orang-orang jahilliyyah atau maksud-maksud orang-orang kuffar seperti kami terangkan di kaum kita dewasa ini –tentunya tidak semuanya- mereka melakukan azal atau lebih bebasnya kita katakan saja mencegah kehamilan karena tidak mau mempunyai anak atau lebih arifnya kita katakan belum mau mempunyai anak atau membatasi kelahiran, apakah dengan cara lama azal atau dengan menggunakan alat, semuanya mereka lakukan dengan keyakinan i’tiqad, seperti keyakinan orang-orang jahilliyyah atau maksud-maksud orang-orang kufar pada zaman kita sekarang ini, miskin atau fakirKarena takut miskin atau fakirTakut miskin karena mempunyai anak banyakKata mereka, “Susah mengurusnya!?, “Jadi beban!?”, “Banyak keluar biaya!?”Dan lain-lain alasan yang semuanya terkumpul menjadi kamus “kesusahan diatas kesusahan”. Itulah keyakinan sebagian kaum kita dalam masalah mencegah kehamilan atau membatasinya. Alangkah sedihnya melihat kenyataan ini!Keyakinan yang ditangisi oleh Islam dan dibatalkannya! Inilah yang sangat kita sayangkan dan sesalkan, bahwa sebagian saudara-saudara kita telah dimiskinkan hatinya oleh orang-orang kafir sebelum orang-orang kafir itu memiskinkan harta-harta mereka!Ini ! Kemudian datang kepada saya satu pertanyaan yang maknanya sebagai berikut ; Dimanakah letak kebatilan i’tiqad di atas?Saya jawab [1] Dimanakah letak kebatilan i’tiqad di atas? Pertama Bahwa i’tiqad di atas menyerupai i’tiqad kaum jahilliyyah atau kaum kuffar dan maksud-maksud mereka yang dahulu dan sekarang. Padahal Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah membatalkan segala urusan jahilliyyah sebagaimana sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam di atas, Ketahuilah! Segala sesuatu dari urusan jahilliyyah berada di bawah kedua telapak kakiku dibatalkan”.Bersama sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallamوَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ“ …Dan barang siapa yang menyerupai suatu kaum yakni kaum kuffar, maka dia orang tersebut termasuk dari golongan mereka yakni orang yang mengikuti sunnahnya orang-orang kafir”.Hadits ini shahih dikeluarkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud dan Thahawiy di kitabnya Musykilul Atsar sebagaimana telah saya terangkan di Riyadlul Jannah yang mulia ini merupakan larangan yang tegas dalam bentuk khabar tentang tasyabbuh menyerupai orang-orang kafir. Dalam hal ini sebagai kaum muslimin telah menyerupai keyakinan orang-orang jahilliyyah tentang masalah Bahwa orang-orang jahilliyyah membunuh anak-anak mereka –sebagaimana di beritakan Al-Qur’an- karena tiga Karena sebab kemiskinan merekaKedua Karena sebab takut miskinKetiga Karena sebab malu mempunyai anak perempuanUntuk yang pertama dan kedua tidak syak lagi bahwa sebagian kita telah mempunyai i’tiqad orang-orang jahilliyyah. Mereka tidak mau mempunyai anak atau katakanlah belum mau atau membatasi kelahiran karena sebab miskin atau takut miskin meskipun mereka belum membunuhnya! Bahkan mereka pun telah melakukannya walaupun jumlahnya masih kecil! Dan celakanya, sebagian dari mereka telah menempuh atau mencari jalan yang lain yaitu menjual anak-anak mereka kepada orang-orang kaya karena dua sebab di atas. Lebih lanjut masalah ini akan saya luaskan di fasal untuk yang ketiga tidak syak lagi bahwa sebagian dari kita telah membunuh anak-anak mereka bukan karena malu mempunyai anak perempuan akan tetapi karena malu mempunyai anak disebabkan hamil atau melahirkan di luar nikah!!!Mereka bunuh anak-anak mereka dengan berbagai macam cara yang keji-keji. Ada yang di cekik, ada yang dibuang di got, di tong sampah, di kali dan lain-lain. Bahkan! Lebih celaka lagi sebagian dari mereka membunuh anak-anak mereka untuk tujuan-tujuan tertentu seperti memperoleh kekayaan atau ilmu baca ngelmu. Mereka mendatangi gunung-gunung atau goa-goa tertentu dan lain-lain tempat. Misalnya gunung Kawi yang sudah cukup masyhur untuk memperoleh kekayaan misalnya dengan mengadakan pernjanjian untuk menyembah iblis! Dan iblis pun memberikan berbagai macam syarat kalau mau kaya di antaranya “membunuh anak” untuk dipersembahkan kepada iblis sebagai tumbal!? Ini kenyataan!Semua yang tersebut di atas adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi kecuali kita rela membutakan mata hati dan lahir kita![Disalin dari kitab Menanti Buah Hati Dan Hadiah Untuk Yang Dinanti, Penulis Abdul Hakim bin Amir Abdat, Penerbit Darul Qolam Komplek Depkes, Jl. Rawa Bambu Raya no. A2 – Pasar Minggu, Jakarta 12520. Cetakan I – Th 1423H/2002M] _______ Footnote [1] Pada hari ini Kamis 18 Sya’ban 1418H pada malam Jmu’at jam bertepatan dengan 18 Desember 1997 lahir anak pertama saya –dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala dan karunia dan rahmat-Nya yang sangat besar kepada saya dan istrri- anak perempuan yang saya namakan Unaisah Home /A9. Wanita dan Keluarga.../Islam Mengharamkan Tidak Mau... Danjanganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar. Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

MEMBUNUH anak keturunan karena takut atau khawatir kemiskinan, karena malu, atau sebab dan motivasi lainnya merupakan dosa besar. Terdapat sebuah kasus di mana orang tua membuang anaknya semata-mata karena gagal KB. Sebetulnya dia ingin hanya memiliki dua anak saja dan tidak ingin hamil lagi, namun ternyata Allah Ta’ala memberikan keturunan berupa anak yang ke tiga. Sehingga dia buang anaknya tersebut karena tidak merasa menginginkannya. Dan banyak sekali kasus pembunuhan atau pembuangan anak oleh orang tuanya sendiri di sekitar kita. Apapun motivasinya, membuang atau membunuh anak adalah dosa besar. Allah Ta’ala berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada anak-anak mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” QS. Al-Isra’ 31 BACA JUGA Membunuh Semut, Bagaimana Menurut Islam? Dalam ayat ini, Allah Ta’ala mengatakan “karena takut kemiskinan.” Artinya, kondisi orang tua ketika itu masih berkecukupan. Namun orang tua kawatir jika menambah anak, akan menyebabkan mereka jatuh miskin. Oleh karena itu, Allah Ta’ala katakan, “Kamilah yang akan memberi rezeki kepada anak-anak mereka dan juga kepadamu.” Allah Ta’ala dahulukan penyebutan rezeki sang anak, lalu menyebutkan jaminan rezeki bagi orang tua, sebagai jaminan bahwa Allah Ta’ala akan benar-benar menjamin rezeki sang anak sehingga tidak selayaknya orang tua khawatir anak-anak mereka akan menyebabkan mereka jatuh miskin. Allah Ta’ala juga befirman, “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena miskin, Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” QS. Al-An’am 151 Berbeda dengan ayat sebelumnya, dalam ayat ini Allah Ta’ala katakan, “karena miskin.” Artinya, orang tua sudah berada dalam kondisi miskin. Kalau anak bertambah, maka dia khawatir akan semakin miskin sehingga akhirnya dia membunuh anaknya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala dahulukan penyebutan jaminan rezeki bagi orang tua sebelum jaminan untuk sang anak, dalam firman-Nya, “Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.” Karena dalam kasus ini berkaitan dengan kekhawatiran rezeki bagi orang tua yang sudah jatuh miskin. BACA JUGA Takut Miskin karena Bersedekah, Ketahuilah Hal Ini Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, “Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Engkau menjadikan sekutu bagi Allah, sedangkan Dia-lah yang menciptakanmu.” Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian Engkau membunuh anakmu karena takut mereka akan ikut makan bersamamu.” Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu bertanya lagi, “Lalu apa lagi?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab, “Kemudian berzina dengan istri tetanggamu.” HR. Bukhari no. 7520 dan Muslim no. 86 Wahai orang tua, jangan bunuh dan jangan buang anakmu, karena banyaknya keturunan adalah satu hal yang dianjurkan dan terpuji. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Nikahilah wanita yang besar cintanya kepada suami dan yang subur. Karena aku berlomba-lomba untuk memperbanyak jumlah umatku dibandingkan umat yang lainnya.” HR. Abu Dawud. [] SUMBER

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa maka jangan berkata kotor dan jangan bertindak bodoh. Jika ada seseorang menyerang atau mencaci, katakanlah "sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa."
ADA yang menarik pada 10 perintah Allah the ten commandments kepada Nabi Musa dalam kitab suci Taurat dengan 9 perintah dan larangan Allah kepada Nabi Muhammad SAW dalam kitab suci Al-Qur'an. Dalam banyak poin perintah atau larangan Allah itu sama atau hampir mirip yang diterima Nabi Musa dan Nabi Muhammad. Bukan hanya mirip, bahkan urutannya pun tidak jauh berbeda. Sekarang mari kita bahas dulu 10 perintah Allah kepada Nabi Musa dalam kitab suci Taurat. Perintah dan larangan itu tertera dalam Kitab Taurat Keluaran 201-17 dan Ulangan 54-22. Dalam Roma 212-16 pun disebutkan bahwa Tuhan sudah menuliskan 10 perintah-Nya hukum Taurat dalam hati sanubari setiap manusia. 10 perintah Allah kepada Nabi Musa 1. Jangan ada padamu Allah ilah lain di hadapan-Ku. 2. a. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. b. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, Tuhan, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku. 3. Jangan menyebut nama Tuhan, Allahmu, dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan. 4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh ialah hari Sabat Tuhan, Allahmu, maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya dan Ia berhenti pada hari ketujuh. Itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskannya. 5. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan, Allahmu, kepadamu. 6. Jangan membunuh. 7. Jangan berzinah. 8. Jangan mencuri. 9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. Baca juga Ini 10 Perintah Allah The Ten Commandments kepada Nabi Musa 10. Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu. Sembilan larangan Allah kepada Nabi Muhammad Sedangkan menurut ahli tafsir Al-Qur'an, Quraish Shihab, ada sembilan larangan termasuk perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw dalam Surat Al-An'am ayat 151-152. Berikut urutannya seperti yang disampaikan Quraish Shihab. 1. Jangan menyekutukan Allah dengan apa pun dan dalam bentuk apa pun. 2. Jangan berbuat tidak baik artinya, harus berbuat baik kepada orangtua. Perbanyaklah berbuat baik kepada mereka. 3. Jangan membunuh anak-anak kalian karena takut kemiskinan yang melanda kalian atau yang akan melanda mereka kelak. Kalian tidak memberikan rezeki kepada mereka. Kamilah Allah yang memberikan rezeki kepada kalian dan kepada mereka. 4. Jangan dekati perbuatan zina, sebab zina termasuk perbuatan yang sangat jelek dan hina. Larangan ini berlaku kepada zina yang tampak, diketahui oleh orang, juga pada zina yang tidak tampak dan hanya diketahui oleh Allah. 5. Jangan membunuh jiwa yang memang dilarang karena tidak ada alasan yang sah, kecuali kalau membunuh itu dilakukan secara benar, karena melaksanakan keputusan hukum. Allah sangat menekankan perintah menjauhi larangan itu, sesuatu yang oleh akal sehat pun dinilai demikian, agar kalian berpikir. 6. Jangan menggunakan harta anak yatim kecuali dengan cara terbaik yang dapat menjamin dan mengembangkannya, sampai ia mencapai usia dewasa dan mampu mengatur sendiri keuangannya dengan baik. Saat itu, serahkan harta itu kepadanya. 7. Jangan mengurangi timbangan atau ukuran saat kalian memberi dan jangan meminta lebih atau tambahan saat kalian menerima. Lakukanlah timbangan itu secara adil semampu kalian. Allah tidak membebani manusia kecuali sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya, tanpa merasa terpaksa. 8. Bila kalian mengucapkan sesuatu tentang hukum, persaksian, berita, dan sebagainya, jangan sampai condong kepada perilaku tidak adil dan tidak jujur. Lakukanlah itu tanpa melihat hubungan kebangsaan, warna kulit, kekerabatan, dan sebagainya. Baca juga Sembilan Larangan atau Dosa Besar dalam Al-Qur'an 9. Jangan melanggar janji kepada Allah yang telah memberikan tugas. Jangan pula melanggar janji di antara sesama kalian, berkenaan dengan urusan yang disyariatkan. Tepatilah semua janji itu. Allah menekankan perintah menjauhi larangan ini kepada kalian, agar kalian ingat bahwa ketentuan itu memang untuk maslahat kalian. Pembahasan Kita lihat dalam perintah Allah kepada Nabi Musa dari poin 1-4 terkait dengan Allah untuk hanya menyembah-Nya, mengingat-Nya, dan memuliakan-Nya termasuk dalam hari Sabat. Dalam larangan Allah kepada Nabi Muhammad pun sama ada larangan menyekutukan Allah dengan yang selain-Nya. Letaknya pun sama pada poin yang pertama. Pada poin kelima perintah Allah kepada Nabi Musa, baru Allah perintahkan berbuat baik kepada orangtua. Demikian pula Allah perintahkan kepada Nabi Muhammad hal yang sama di poin yang kedua. Pada poin keenam perintah Allah kepada Nabi Musa terkait larangan membunuh. Nabi Muhammad pun menerima larangan yang sama. Hanya bedanya, larangan membunuh ada di dua poin yakni poin ketiga dan kelima. Lebih spesifik, larangan membunuh ini terkait membunuh anak sendiri karena takut miskin dan membunuh orang lain. Baca juga Renungi 17 Ayat dalam Al-Qur'an terkait Pembunuhan Poin keenam perintah Allah kepada Nabi Musa terkait larangan berzina. Larangan Allah kepada Nabi Muhammad tentang berzina pun muncul setelah larangan membunuh anak karena takut miskin dan sebelum larangan membunuh orang lain, tepatnya di poin keempat. Poin kedelapan perintah Allah kepada Nabi Musa tentang larangan mencuri. Dalam larangan Allah kepada Nabi Muhammad tampaknya juga larangan mencuri, tetapi lebih spesifik. Pada poin keenam dan ketujuh larangan Allah kepada Nabi Muhammad tentang larangan memakan harta anak yatim yang dipelihara tanpa hak dan mengurangi timbangan dalam jual beli. Baca juga Tafsir Ayat Membunuh Orang dengan Sengaja Masuk Neraka Jahanam Poin kesembilan perintah Allah kepada Nabi Musa tentang larangan bersaksi dusta. Poin kedelapan perintah Allah kepada Nabi Muhammad pun mirip terkait ketidakjujuran dalam berhukum, bersaksi, dan menyampaikan berita. Poin kesepuluh perintah Allah kepada Nabi Musa tentang mengambil yang milik orang lain. Ini lebih detail lagi terkait larangan mencuri. Poin kesembilan larangan Allah kepada Nabi Muhammad terkait dengan larangan ingkar janji kepada Allah dan manusia. OL-14 Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada (anak-anak) mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS. Al-Isra': 31) BACA JUGA: Dalam ayat ini, Allah Ta'ala mengatakan "karena takut kemiskinan."
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang telah ALlah rizkikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk,” Al-An’aa 140. “Katakanlah, marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabb-mu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan keji, baik yang tampak diantaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan ALlah membunuhnya melainkan dengan sesuatu sebab yang benar.’ Demikian itu yang diperintahkan Rabb-mu kepadamu supaya kamu memahaminya,” Al-An’aam 151. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan member rizki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar,” Al-Israa’ 31. “Hai Nuh, apabila datang kepadamu perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dosa yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada ALlah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Mahapengampun lagi Mahapenyayang,” Al-Mumtahanah 12. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, aku bertanya, “Ya Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?” Beliau menjawab, “Yaitu engkau menyekutukan ALlah sementara Dia-lah yang telah menciptakanmu.” Aku kembali berkata, “Kemudian apalagi?” Beliau menjawab, “Engkau membunuh anakmu karena engkau takut ia makan bersamamu.” Aku katakan, “Lantas apalagi?” Beliau menjawab, “Engkau menzinahi isteri tetanggamu sendiri.” Kemudian turunlah ayat yang membenarkan sabda Nabi saw, Dan orang-orang yang tidak beribadah kepada ilah yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan ALlah membunuhnya kecuali dengan alasan yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yagn melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat pembalasan dosanya,” Al-Furqaan 68. Diriwayaktan dari Ubaidah bin ash-Shamit salah seorang personil Perang Badar dan ia juga salah seorang utusan pada malam al-Aqobah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda di hadapan sekelompok sahabat, “Berbaiatlah kalian kepadaku untuk tidak menyekutukan ALlah dengan sesuatu apapun, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak kalian, tidak berbuat dusta yan gkalian ada-adakan antara tangan dan kaki kalian dan tidak mendurhakaiku dalam perkara yang ma’ruf. Barangsiapa yang memenuhi janjinya tersebut maka ia akan mendapatkan pahalanya dari Allah, dan barangsiapa yang melanggar salah satu janji itu lantas Allah menutupi pelanggaran tersebut maka urusannya terserah kepada Allah, jika berkehendak Allah akan menyiksanya atau mungkin ALlah akan memaafkannya.” Ubadah bin ash-Shamit berkata, “Maka kamipun membaiat beliau atas perkara itu,” HR Bukhari [18]. Kandungan Bab Haram membunuh anak karena takut miskin, oleh karena itu perkara ini mendapat perhatian khusus dalambai’at. Sebab perbuatan tersebut termasuk pembunuhan dan memutuskan tali silaturrahim. Mempertegas agar larangan tersebut tetap terjaga. Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur’aanil Azhiim II/196 mengingatkan satu point yang tercantum dalam ayat-ayat yang telah disebutkan dalam bab ini. Ia mengatakan, “Pada firman Allah, Min imlaaq’ Ibnu Abbas, Ibnu Qatadah, as-Sa’di, dan lainnya berkomentar, Yaitu kefakiran.’ Artinya, janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena kemiskinan yang kalian derita. Dalam surat Al-Isra’ “Wala taqtulu auladakum khasyyata imlaaq” artinya janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin. Oleh karena itu, Allah menyebutkan, “Nahnu narzuquhum wa iyyakum” Allah memulai pernyataannya dengan memberi jaminan rizki kepada anak-anak tersebut sebagai tanda kepedulian terhadap mereka. Artinya janganlah kalian khawatir terhadap rizki mereka karena kalian miskin, sebab itu semua telah ditanggung Allah. Adapun ketika seseorang menderita kemiskinan, Allah berfirman, “Kami-lah yang memberi kamu dan anak-anak kamu rizki.” Menyebut kamu lebih dahulu sebab dalam kondisi seperti itu, hal inilah yang lebih penting. Allaahu a’lam. Hukum ini dapat dianalogikan terhadap apa yang sedang marak sekarang ini dikenal dengan sebutan KB untuk membatasi keturunan. Hal ini dilakukan dengan sedikitnya pendapatan, sempitnya lapangan pekerjaan dan meningkatnya angka pengangguran. Ini semua merupakan prasangka jahiliyyah terhadap Allah. Sumber Diadaptasi dari Syaikh Salim bin Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari Pustaka Imam Syafi’i, 2006, hlm. 3/324-327. Post Views 21
Katakanlah "Mari, aku akan membaca apa yang dilarang Tuhanmu: jangan mempersekutukan-Nya. Dan berbuat baiklah pada orang tuamu. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu, karena takut miskin: Kita memberimu rezeki, dan mereka. Dan janganlah mendekati kata-kata kotor, yang tampak dan yang tersembunyi. Katakanlah, wahai Nabi Muhammad kepada mereka yang menetapkan hukum sekehendak nafsunya, "Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu, yaitu pertama, jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun dalam segala aspek kehidupanmu, baik dalam keyakinan di hati, perkataan, ataupun perbuatan. Kedua, berbuat baik-lah kepada ibu bapak-mu, dan ketiga, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. Keempat, janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat oleh orang lain atau yang dilakukan oleh anggota tubuhmu, ataupun yang tersembunyi di dalam hatimu atau tidak terlihat orang lain. Selanjutnya kelima, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar, yaitu yang dibenarkan oleh syariat seperti qishash, membunuh orang murtad, rajam, dan sebagainya. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu dalam permulaan ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar mengatakan kepada kaum musyrikin yang menetapkan hukum menurut kehendak hawa nafsunya bahwa ia akan membacakan wahyu yang akan diturunkan Allah kepadanya. Wahyu itu memuat beberapa ketentuan tentang hal-hal yang diharamkan kepada mereka. Ketentuan-ketentuan hukum itu datangnya dari Allah, maka ketentuan-ketentuan itulah yang harus ditaati, karena Dia sendirilah yang berhak menentukan ketentuan hukum dengan perantara wahyu yang disampaikan oleh malaikat kepada Rasul-Nya, yang memang diutus untuk menyampaikan ketentuan-ketentuan hukum kepada umat manusia. Ketentuan-ketentuan hukum yang disampaikan Rasul kepada kaum musyrikin itu berintikan 10 ajaran pokok yang sangat penting yang menjadi inti dari agama Islam dan semua agama yang diturunkan Allah ke dunia. Lima ketentuan di antara sepuluh ketentuan itu terdapat dalam ayat ini, empat buah di antaranya terdapat dalam ayat berikutnya 152, sedang satu ketentuan lagi terdapat dalam ayat berikutnya lagi 153. Para ulama menamakan sepuluh ajaran pokok itu "al-Washaya al-'Asyr" sepuluh perintah, yang mana dalam ayat 151 ini disebutkan lima yaitu 1Jangan mempersekutukan Allah, 2Berbuat baik kepada kedua orangtua ibu dan bapak, 3Jangan membunuh anak karena kemiskinan, 4Jangan mendekati berbuat kejahatan secara terang-terangan maupun secara tersembunyi, 5Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh Allah. Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok pertama yang paling mutlak, baik dengan perkataan atau iktikad. Seperti mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu, atau dengan perbuatan seperti menyembah berhala-berhala atau sembahan-sembahan lainnya. Setelah Allah memerintahkan manusia agar bertauhid dan jangan mempersekutukan-Nya, maka Allah memerintahkan manusia agar berbuat baik terhadap kedua orang tua. Urutan ini jelas menerangkan bagaimana pentingnya berbuat baik terhadap kedua orangtua, meskipun mereka salah atau menyuruh anaknya mempersekutukan Tuhan, namun si anak tetap harus berbuat baik terhadap mereka di dunia ini dan harus menolak dengan sopan suruhan atau ajakan orangtua untuk mempersekutukan Tuhan, sebagaimana firman Allah Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik. Luqman/31 15 Di dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas'ud. Dia menyampaikan hadis yang maksudnya sebagai berikut "Saya bertanya kepada Rasulullah, tentang amal yang paling afdhal?" Rasulullah menjawab, "salat tepat pada waktunya," apalagi sesudah itu? Jawabnya, "berbuat baik terhadap kedua orang tua," apalagi sesudah itu? Jawabnya, "berjihad di jalah Allah." Riwayat al-Bukhari dan Muslim Yang dimaksud dengan berbuat baik terhadap kedua orang tua ialah menghormati keduanya, baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan penuh rasa cinta dan kasih sayang, bukan karena takut atau terpaksa. Penghormatan tersebut wajib, di samping kewajiban anak membelanjai ibu bapaknya yang tidak mampu, sesuai dengan kesanggupan anak itu. Perintah berbuat baik kepada orang tua diikuti dengan larangan kepada orang tua membunuh anak mereka disebabkan kemiskinan yang menimpa mereka, karena Tuhan akan memberi rezeki kepada mereka dan anak-anak mereka. Firman Allah Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar. al-Isra'/17 31 Larangan membunuh anak pada ayat ini berbeda dengan larangan membunuh anak pada ayat lain dalam Surah al-Isra' ayat 31. Pada ayat 151 Surah al-An'am, larangan membunuh anak karena takut kemiskinan yang sedang diderita menimpa. Pada ayat ini dijelaskan bahwa Allah akan memberi rezeki kepada orang tua yang membelanjai anaknya, dan kata berarti bahwa Allah akan memberi rezeki kepada mereka anak-anakmu. Sedangkan dalam Surah al-Isra', Allah menjelaskan pada ayat artinya "Kami akan memberi rezeki kepada mereka anak-anak" dan kata artinya "Allah akan memberi rezeki kepadamu orang tua. Didahulukannya anak-anak dalam pemberian rezeki menunjukkan perhatian Allah yang begitu besar terhadap anak, akibat sikap orang tua yang takut punya anak karena takut menjadi miskin. Pada ayat ini Allah melarang mendekati perbuatan-perbuatan keji apalagi mengerjakannya, baik berupa perbuatan, seperti berzina, atau menuduh orang berzina, baik perbuatan itu dilakukan dengan terang-terangan atau dengan sembunyi. Diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas dalam menafsirkan ayat ini, pada masa Jahiliyah orang-orang tidak memandang jahat melakukan zina secara tersembunyi, tetapi mereka memandang jahat kalau dilakukan secara terang-terangan. Maka dengan ayat ini Allah mengharamkan zina secara terang-terangan atau tersembunyi. Pendapat lain mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan yang nampak terang ialah semua perbuatan dengan anggota tubuh, sedangkan yang tersembunyi adalah perbuatan hati, seperti takabur, iri hati, dan sebagainya. Pada ayat ini Allah melarang pula membunuh jiwa tanpa sebab yang benar menurut ajaran Tuhan. Rasulullah bersabda "Tidak boleh membunuh jiwa seorang muslim, terkecuali disebabkan salah satu dari tiga perkara, yaitu karena murtad muslim yang berbalik jadi kafir, zina, muhsan zina orang yang sudah pernah kawin dan membunuh manusia tanpa sebab yang benar." Riwayat Abu Daud. Demikian juga orang-orang kafir yang ada perjanjian damai dengan kaum Muslimin tidak boleh dibunuh atau diganggu, sesuai dengan sabda Rasulullah "Mereka mempunyai hak sebagaimana hak yang ada pada kami kaum muslimin dan mempunyai kewajiban sebagaimana kewajiban yang ada pada kami kaum muslimin." Riwayat At-Tirmidzi Setelah diterangkan lima dari ajaran pokok yang sangat penting itu, maka Allah mengakhiri ayat ini dengan suatu penegasan yang maksudnya Demikian itulah yang diperintahkan Tuhan kepadamu, agar kamu memahami tujuannya bukan seperti tindakanmu yang menghalalkan dan mengharamkan sesuatu menurut hawa nafsu. Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar." (QS. Al-Isra': 31) Pendidikan akidah tidak boleh dipandang sebelah mata. Ilustrasi. Foto – وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ ۖ نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ ۚ إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا ﴿٣١ “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” QS. Al-Israa’ 31 Ayat suci di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya kasih sayang Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya melebihi kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya. Allah melarang membunuh anak-anak dan Dia mensyari’atkan bahwa anak-anak berhak mendapat warisan dari orang tua mereka. Apalagi, telah menjadi kebiasaan pada orang-orang jahiliyah, mereka tidak mau memberikan hak waris kepada anak perempuan. Bahkan di antara mereka terkadang ada yang sampai tega membunuh anak perempuannya supaya tidak menambah beban hidup. Oleh karena itulah, Allah melarang perbuatan-perbuatan tersebut dengan firman-Nya { وَلَا تَقْتُلُوا أَوْلَادَكُمْ خَشْيَةَ إِمْلَاقٍ } “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan” dikemudian hari. Dan karena itulah Allah SWT mendahulukan penyebutan rizki anak, yakni pada firman-Nya { نَّحْنُ نَرْزُقُهُمْ وَإِيَّاكُمْ } “Kami-lah yang akan memberi rizki kepada mereka anak-anak dan juga kepadamu.” Dan dalam surat al-An’aam juga disebutkan “Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka.” QS. Al-An’aam 151. Firman Allah SWT, {إِنَّ قَتْلَهُمْ كَانَ خِطْئًا كَبِيرًا } “Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “Aku bertanya, Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?’ Beliau menjawab, Yaitu bahwa kamu menjadikan sekutu bagi Allah, padahal Dia-lah yang telah menciptakanmu.’ Kemudian apa?’ Aku kembali bertanya. Beliau menjawab, Membunuh anak karena takut ia akan ikut makan bersamamu.’ Kemudian apa?’ aku bertanya lagi. Beliau menjawab, Bahwa kamu berzina dengan istri tetanggamu.” HR. Al-Bukhari dan Muslim. [ == Sumber Kitab Shahih Tafsir Ibnu Katsir jilid 5, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir .
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/297
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/264
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/65
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/377
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/62
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/346
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/379
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/270
  • 4ewc2ny29n.pages.dev/45
  • jangan bunuh anakmu karena takut miskin